-->
Anomali (56) Januari 2017 (31) Februari 2017 (25) Spesial (22) Humor (12) Liefde (12) Love Takes and Love Gives (11) Serba Serbi (7) Untitled (7) Pin-Pin-Bo (5) Opini (2) Kotak Sampah (1) Maret 2017 (1) Music (1) Penting! (1)
Showing posts with label Love Takes and Love Gives. Show all posts
Showing posts with label Love Takes and Love Gives. Show all posts

Monday, December 31, 2018

Apakah Yang Engkau Inginkan?

Untukmu...,  untuk semua pelukan. 
Sebuah pernyataan. 
Dirimu sengaja ingat akan kebaikan.
Akan siapa,  seperti apa,  apa yang telah pernah kau lakukan,  memori indah,  ketulusan yang kau dapat,  kasih sayang,  kesalahan,  kealpaan,  waktu dan harga sesungguhnya dari dirimu. 
Dirimu mengerti itu,  tampan. 
Besok ialah ketakutan terbesarmu. 
Perbuatanmu adalah kehendakmu, 
Perkataanmu adalah janjimu, 
Isi hatimu adalah ujian,  hukuman serta ketetapan bagimu. 
KAU TAKUT!
Saat kesempatan tepat di hadapanmu,  namun dirimu belum memberi yang terbaik. 
Kau sebut ialah sebuah pengakuan. 
Hakim bagi dirimu sendiri. 
Bagi hidupmu.

Sebuah pertanyaan. 
Di antara dirimu dan seperti apa dirimu ingin kelak. 
Adalah sebuah jembatan yang harus kau seberangi. 
Adalah cara,  adalah wujudnya dari bagaimana,  dan berhentinya mengapa. 
Bukankah seperti itu,  cantik?.   
Hati selalu mengambil tempat di tiap jengkal kenyataan. 
Pikiran selalu menyambung tiap jengkal logika di dalamnya. 
Sadarilah,  lalu mengertilah. 
Tiap gugus kehidupan berharap pada gugus kehidupan selanjutnya. 
Agar baiklah ia nanti,  agar tiada suram langkahnya nanti,  dan berjalanlah ia melewati segala terpa keadaan dan kesulitannya kelak. 
Tanpa ada di benaknya akankah bersamanya pula hari itu. 

Sebuah jawaban.
Gigih,  niat yang kuat,  tekad yang menggebu-gebu,  determinasi yang penuh semangat,  dan keinginan yang penuh dengan keyakinan. 
Lakukan saja dengan baik dan sepenuh hati. 
Lebih mudah bagiku bila kau katakan seperti itu.
Terimalah lahirmu,  terimalah yang menjadi milikmu,  terimalah keadaan,  terimalah apa yang dituntutkan kepadamu.
Berjalanlah,  lakukan itu dan anggaplah itu sebagai syukurmu. 
Lebih mudah bagiku bila kau katakan seperti itu.
Tidak ada hal yang sederhana di dunia ini. 
Segalanya rumit dengan kisahnya masing-masing. 
Lebih mudah bagiku bila kau katakan seperti itulah tugasmu,  sayangku. 

Tak akan cukup dalam seuntai kalimat baik. 
Di mana kah kau,  wahai doa?. 
Aku mencarimu,  wahai karya!. 
Mendekatlah terimakasih!. 
Bolehkah kau temani aku,  syukur?.  

#citra_autisimo

Friday, October 6, 2017

Mengukuhkan Nirwana (part 4) - Untuk Kebebasan

Sehingga aku terbangun bersama matahari pagi.  
Sesuatu di dada ini yang membangunkanku.  
Semalam suntuk ia hangatkan aku.  
Namanya bahagia.  

Dalam tidur aku tak bisa berhenti tersenyum.  
Dan "halo" adalah kata pertamaku di detik pertama aku membuka mata.  
Aku memberimu hadiah tadi malam.  
Dalam kesanggupan dan kesederhanaan.  

Kalau kamu tidak keberatan,  aku akan menceritakannya.  
Yang mau ku katakan ini murni apa adanya. 
Hanya terjadi dalam izin dan kesediaanmu. 
Hanya secuil waktumu.  

Pikiranku dan batinku setenang air di danau.  
Semua bayang jelas tegas tampak dan menyikapi segala sesuatunya. 

Untukmu perasaan,  wahai madu... 
Apa yang kurasa saja,  iya,  iya,  iya memang begitu saja adanya,  waktu aku khawatir,  waktu aku merindu,  waktu waktu waktu dan waktu lainnya.  
Aku biarkan saja.  
Terjadi begitu saja.  
Aku nikmati saja.  
Aku syukuri.  
Aku terima semuanya.  
Tulus ikhlas ku jalani. 
Meskipun ada suka duka yang berteka-teki.  
Jalan panjang yang meliuk.  
Dan aku harus pastikan kamu tahu,  aku jatuh cinta padamu.  
Kamu.  
Hanya aku,  tanpa kedokku.  

Aku tak berkuasa atas manisnya madu.  
Dipantangkan aku berkata dalam kesombongan,  bila sanggup untuk menawanmu,  melibatkan kamu dalam hidupku,  yang ini,  yang itu,  ini,  itu.  
Apalagi sampai aku paksakan,  tak pernah ada niatku untuk itu.  
Inilah aku,  wahai madu.  
"Sempurna" dalam hal kecil saja kadang mustahil bagiku.  

Aku sadar wahai madu... 
Aku berkata begini,  aku tidak mabuk.  
Pilihan itu sejatinya tidak pernah ada.   
Itu sebabnya aku sering bilang "jangan berpikir",  bagiku apa yang digariskan bagiku adalah tetap garis yang aku telusuri dan nikmati.  
Aku kumbang yang memenuhi kodratku.  
Cerita tentang mahkotamu,  keseharianmu,  kenapa setiap ayunan kelopak itu penting bagiku,  apapun,  yang sempat kita bicarakan tentang pertalian ini. 
Madu itu penguat langkahku dan kepak sayap kecil cacat milikku.  
Itulah bunyi di kepalaku.  

"Aku sosok yang saling berbicara",  itu caraku supaya aku menyatu,  mengerti,  menerima,  terlibat,  ambil bagian dengan apapun itu. 
Sesederhana itu.  
Hasil adalah nasib, milik Sang Esa.  
Kecewa dan bahagia termasuk di dalamnya. 

Inilah bunyi di hatiku.  
Seandainya pilihan memang tercipta.
Entah itu di benakmu,  entah itu sikap atau jawaban dari kamu untuk aku,  aku cuma mau bilang satu hal.  
Jangan kamu khawatir maduku... 
Aku ringankan. 
Ini hadiah dari kumbang cacat kepada sang madu,  si manis yang istimewa untukku..
Aku yang akan memilihkannya.  
Pilihanku adalah masa depanmu.  
Sepertinya memang tidak ada namaku di sana.  
Tidak mengapa.  
Sekarang,  kamu bebas.. 

Pernah ada cerita kita rajut dulu sekali,  tentang "jodoh"... 
Besok dan hari ini akan tetap berlangsung,  aku masih sosok yg sama.  
Cuma sudah lebih baik... 
Bukankah tiap sosok memang harusnya begitu?  
Terlebih untuk sosok sepertiku,  hanya ada berharap,  selamanya.. 

Terima kasih Pencipta segala,  untuk segalanya.  
Dari dan tentang kamu,  sapa rindu manis madu.  
Itu saja.  
Apa jawabmu?  

Dari aku. Untuk aku yang lain. 

#citra_autisimo

Thursday, September 28, 2017

Puisi Hidup

Sederhana saja.
Aku belajar mencintai,  mengasihi,  dan menyayangi diriku.
Agar suatu saat aku mengerti rasanya.
Bila untukku tertulis,  ada jumpa.

Akan ada langkahku nanti yang salah.
Aku pun niscaya memulai dusta.
Lalai dan luput atas pentingnya risalah.
Tak lupa juga berpura-pura bahagia.

Gema yang hanya kenal memulai.
Gaung yang hiruk pikuk.
Berulang tanpa selesai.
Sampai ragaku bungkuk dan jiwa melapuk.

Kalau saja kamu mengerti. 
Cinta sejati tidak akan berakhir bahagia. 
Sebab tidak ada akhir bagi cinta sejati. 
Seni abadi bagi yang hidup dan menguasai jiwa. 

#citra_autisimo 

Saturday, September 2, 2017

Sang Idaman

Pertanyaan siapa yang harus ku beri jawabnya. 
Terima kasih bulan nan sayu,  kamu mempedulikan aku setiap malam. 
Setelah hari ini,  mereka haruslah jeli saat berhadapan denganku. 
Karena aku adalah diam itu sendiri. 

Adalah kamu,  yang memilikiku sebagai kebutuhan dan siap atas segalanya tentang mahluk ciptaan seperti aku,  komitmen pertama dan terakhir untuk jiwaku batinku dan ragaku,  komitmen yang terbaik yang akan ku buat untuk ku jalani dan selesaikan dalam tanggung jawab. 

Sejak saat ini pula,  aku hanya akan menjawab dengan senyum. 
Aku hanya akan berkata dalam doa. 
Berucap hanya lewat kedua tangan dan kaki ini. 
Dan melakukannya dengan segenap pikiran,  segenap hati,  dan segenap daya upayaku. 
Supaya kamu-dirimu-pribadimu-batinmu-pikiranmu selesai untuk memastikan tentang siapa aku bagimu tanpa terbebani dan tanpa keterpaksaan. 

Bila nanti sulit kau rasa,  artinya kau sungguh-sungguh ketika menangisi keinginanmu. 
Bila nanti getir kau rasa,  artinya kau sungguh-sungguh mengerti atas apa yang kau niscayakan. 
Bila nanti bahagia pun kau rasa, artinya kau sungguh-sungguh tulus menapaki jalan itu. 
Sebab tiada lagi nanti alasan yang mampu kau ciptakan untuk menyesalinya. 
Untuk ku dan bersamaku. 

#citra_autisimo

Monday, July 10, 2017

Kesabaran

Hanya dia,  sang purnama barat,  yang malam ini mengerti bahwa aku butuh cahayanya.
Bila sesal di hati muncul,  purnama itu kian indah ronanya.
Peristiwa kemarin memutar jejak hidup dari masa lalu.
Jangan menebak tentang apa hal ini.
Persepsi telah membunuh lebih banyak kehidupan lebih dari yang pernah terbayang olehku.
Hanya di dasar danau gelap dan dalam aku menyimpan kunci-kunci peristiwa.
Sepatutnya begitu,  karena pribadi yang tenggelam terseret arus yang tak kasat tidak selamanya menderita dalam nestapa.
Terkadang ia menginginkan itu.

Aku,  menginginkannya.
Dalam hati ini sesungguhnya lega.
Ranah kering tanpa tuan dibasuh hujan semalam.
Tunas yang tersemai oleh takdir kini tumbuh akarnya.
Yakin bahwa ada kesempatan untuk menjadi pohon besar nantinya.
Dia tahu tuan di sini hatinya baik,  sebab itu akarnya semakin kuat menancap,  batangnya meninggi dan besar,  serta daunnya keunguan.
Demi satu tujuan,  agar ia tampak dari kejauhan.

Nasib baik,  di suatu pagi matahari baru berjodoh kembali dengannya.
Nyanyian semalam rupanya terdengar.
Berita itu tersampaikan dengan sempurna oleh si penjaga malam,  dan berbalas.
Sebuah pesan telah ditinggalkan.
Di kulit batang pohon ini sudah ada petunjuk bagaimana caranya agar dapat bersemi lagi.
Walau penuh rasa rancu,  paling tidak aku tahu bahwa kabar baik juga telah dituliskan bagiku.
Seolah-olah semua penantian segera ada jawabnya.

NOTE:
Sisi romantis dari suasana sedih dan perang batin.

#citra_autisimo

Thursday, July 6, 2017

*

Untuk kamu.
Berjanjilah,  demi janji kita selanjutnya.
Terima aku,  seperti kamu menerima hujan.

Dengarkan aku.
Tiada pernah bara mendahului api.
Tidak akan ada tawa tanpa menelan sendu.
Merundunglah sehabisnya,  seperti sang asap yang berhati tabah.
Sekuat daya upayanya dia akan mencapai bubungan tertinggi.
Walau takdirnya hanya satu,  yaitu menunggu hilang disapu angin.
Sekedar dan tanpa makna.

Bersembunyi di belakang kalimat bijak rasanya bukan tempat bagiku.
Itu bukan diriku,  tidak sepatutnya aku.
Aku tahu siapa aku.
Persinggahan renta saat pahit kenyataan melelahkanmu.
Dan mungkin,  inilah jalan yang satu lagi.
Untuk aku.

NOTE:
Bagaimana cara kita menerima takdir hidup dan pasang surutnya,  niscaya menjadi bekal perjumpaan kita untuk menyambut kebaikan serta bahagia yang  lainnya,  nanti di masa depan.
Sekarang,  adalah penantian dari masa lalu.
Ingat!! Tidak semua pribadi beruntung sepertimu,  yang aku maksud kamu,  bagian diriku yang lain.
Lumrah saja jika sesosok pribadi dinilai seorang lainnya di luar ukurannya.
Bukankah selama ini dunia memang seperti itu?
Pura-pura tuli?
Atau pura-pura buta?
Yang mana pun yang terpilih,  ingatlah sesuatu di balik yang menggerakkan ini semua.
Keyakinan dari seseorang,  rasa percaya,  dan ketulusan seseorang selalu hadir,  ada,  punya persemayaman,   dan selalu hidup di dalam kamu.  Bahkan di saat kamu menyakiti dirimu sendiri,  ia pun merasakannya.
Sedih dan suka.
Iya, aku bersedih.
Cinta senantiasa keras hati dan penyayang.
Hanya ada iya dan tidak,  berikut tuntutan dan tatanannya.

#citra_autisimo

Monday, July 3, 2017

Menggemaskan

Jengkal demi jengkal aku menjilat ludahku.
Saat itu sapaanmu memberiku gunungan harapan.
Mataku terbuka,  lalu berusaha mengejarmu dengan berlari sangat cepat.
Puisi cinta tidak lagi bersahabat dengan keadaanku.
Meski tulang-tulangku ini yang sekarang berkeringat.

Enggan sekali rasanya berurusan dengan cinta-cinta yang bodoh.
Jangan bilang kau cinta kepadaku supaya kau tinggalkan.
Aku bukan berasal dari kaum yang siap mati demi kesenangan belaka.
Aku tidak menjual cinta dengan murah agar semua boleh mencicipinya.

Sesekali waktu aku tertawa.
Saat mulutku menganga sambil menengadah ke langit,  aku akui itu demi cintamu.
Tetapi aku tidak memintanya kepadamu.
Aku memintanya dari pencipta cinta yang mengetahui segala seluk beluk tentangnya.

#citra_autisimo

Mauku Maumu

Bila kamu sedang memukau aku,  terasa seperti jalannya luapan air,  hanyut adalah satu peran di sana.
Dan seketika pula senandung itu lahir.
Karya alam merekayasa dunia kecil ciptaanku dengan sungguh menggemaskan.
Sejatinya tidak ada yang berubah,  suatu ketika kita berbicara banyak,  suatu ketika kita saling diam.
Sejatinya demikian.

Ada kalanya kita perlu selesai dengan diri masing-masing.
Maumu merambati dinding batuku. 
Mauku terhanyut di sungai bawah tanahmu.
Sesuatu yang jernih kadang tidak menemukan nama yang tepat,  tetapi gemanya ada di setiap saat.
Saling memantulkan isyarat yang sama.

Tidak ada paksaan atau siksaan,  seperti ritual matahari pagi,  hati yang hangat ada di sana.
Entah di mana lagi akan ku temui siksaanmu yang selalu aku nantikan.
Bukankah senja selalu terobati saat bulan dan bintang datang lagi?
Dan bukankah romantika malam selalu terobati saat embun pagi dan kicau burung datang lagi?

Maumu menenangkan jiwa ini.
Mauku menenangkan jiwamu.
Apakah manusia selalu salah untuk keinginannya  berada di hari-hari manusia lainnya?
Permulaan baik dari ketidak tahuan kita akan misteri hidup lainnya,  yaitu dengan saling mengerti.
Dan lagi,  tampaknya aku harus menghentikan pertanyaanmu dengan mengucap terima kasih.
Karena mauku dan maumu tidak seindah menjawab nalurimu bertanya.

Bila ini adalah cara yang dijalankan atas diriku untuk menjelaskan arti mimpiku,  aku berterima kasih.
Aku ikhlas,  aku akan menyandang apa pun itu sebutannya,  apa pun namanya.
Setidaknya,  aku tidak perlu berbohong atau pura-pura dengan berkata aku pantas dalam kisah ini.
Aku memang tidak pantas.
Mungkin,  inilah kegalauan belaka.
Tapi,  inilah mauku dan maumu.

#citra_autisimo

Saturday, July 1, 2017

Kisah Nyata

Di mataku kamu tidak menangis,  sebab air matamu teramat jernih hingga tak tampak batasnya.
Di mataku tanganmu dingin,  sebab hangatnya kau bagi rata dan semua sama.
Di mataku namamu senyap,  sebab tiada sedikit pun senandung syair yang kau hiraukan.
Di mataku kamu rapuh,  sebab bendungan hidupmu terlalu tebal untuk ditumbangkan gelombang hidup.

Namun kamu sadar bahwa kamu juga bagian dari sebuah buku kenyataan,  sebab kamu adalah sampulnya.
Tidaklah penting bagimu di halaman berapa ada namamu.
Tidaklah masalah berapa banyak waktu untuk membalik halamannya.
Tidaklah bagimu sebuah beban bila kamu disobek,  ditelantarkan,  dan dibuang bila sebuah buku baru ditakdirkan menggantikanmu.

Bagimu menjadi apa pun adalah suratan.
Kamu hanya tahu satu hal saja,  yaitu membacanya sampai habis lalu merenunginya.
Kamu bukan sekedar buku.
Kisahmu nyata.
Hanya saja butuh cermin yang besar dan jernih untuk membacanya.

#citra_autisimo

Tersesat

Hadirnya seperti pencuri,  malangnya aku,  malam ini dia yang menjagaku dalam tidur.
Tak pernah tahu apakah di hari lain nanti dia datang lagi.
Aku menatap gadis yang terbangun dari tidur,  dan dia luar biasa berbeda.
Dia sangat cantik,  amat cantik dari sudut ini.
Tak pernah ku benar-benar sadar dialah "kekasih".
Kekasih yang luar biasa cantik.
Mendadak aku takut,  takut bila jatuh cinta lagi.
Karena tergelitik,  bahwa yang ku rasa itu adalah ragu,  apakah aku memang sungguh menginginkan dia.
Teringat masa lalu dan lalu bila nantinya aku jatuh lagi.
Hanya jatuh,  lalu tanpa cinta.
Walau itu indah.

Lagi, aku dicuri dan dibawa pergi.
Ke tempat di sana aku lemah.
Baginya, di sana aku adalah pemilik hati yang paling membosankan dan tanpa daya.
Pikiran dan dunia khayalan,  disekap realita buatanku.
Semoga saja ada yang datang membebaskanku dari tempat itu.
Meninggalkan jejak yang khusus dibuat untukku.
Yang bisa membawaku ke tempat pelarianku yang lebih baik.

Bagaimana caraku mengajaknya untuk tetap di sini sampai waktuku tiba?
Suasana itu memaksaku tahu cara membawa cintanya pergi selamanya.
Seandainya dia mau begitu,  mendapatinya, memergokinya mengajakku jadi teman tercinta.
Aku beri waktu,  wahai cinta.
Sementara itu aku akan berbisik-bisik dulu saja.

Isinya rindu,  ketika kau jauh aku memanggil.
Isinya arti dirimu bagiku,  ketika kau dekat hanya lirih-lirih dari dalam berusaha agar kamu yakin dan memahami.
Karena semua pun tahu,  ada sesuatu saat namamu aku sebutkan.
Meski hanya berbias.

Aku punya waktu.
Kamu punya masa depan.
Aku hilang akal.
Kamu punya pertanda-pertanda itu.
Kamu mulai bosan bukan?
Aku merasakan ada yang berbeda jauh di dalam sana.
Dan tetap sesuatu yang istimewa.

Aku melunak,  kau pun jinak.
Kamu beranjak,  aku pun bergerak.
Aku berlalu,  kau pun meluluh.
Kamu menunggu,  aku membatu.
Insan mana yang sanggup bertahan?

#citra_autisimo

Tuesday, June 27, 2017

Dari Kematian Menuju Hidup Tanpa Batas

Yang mempersatukan akal budimu,  naluri,  emosi dan perasaan.
Yang memberi irama dan nada,  bahwa ada saatnya meloncat berteriak dan kapan saatnya duduk diam dan merenung.
Yang memisahkan kamu,  kita dan segala yang kita perjuangkan tanpa permisi dan tiba-tiba.

Aku menyebutnya cinta.

Di bawah terik matahari aku menuliskan ini.
Sembari melihat ke sekelilingku yang berwarna hitam.
Sedang ada duka di sini.
Rasanya ingin memakan jambu air merah besar yang sangat manis dan segar.
Supaya hilang dahagaku.

Tidaklah penting siapa aku dan kamu sekarang.
Kebahagiaan tidak pernah memilih kepada siapa dia akan singgah.
Kabar selalu terbang bersama angin.
Apabila lahirmu sebagai manusia adalah karunia,  maka cintamu adalah anugerah yang paling indah.

Sesuatu di antara hidup dan kematian,  aku menyebutnya cinta.

#citra_autisimo

Arsip

addThis

addThis