-->
Showing posts with label Liefde. Show all posts
Showing posts with label Liefde. Show all posts

Monday, September 2, 2019

Riwayat: Abjad

Apalah,  Anak,  Alangkah,  Angan. 
Baiknya,  Belanga,  Busuknya,  Buahnya. 
Cipta,  Candai,  Cepatlah,  Cakap. 
Dalam,  Deritanya,  Derukan,  Dahulu. 
Ego,  Ebi,  Esa,  Entahlah. 

Narasi.

Titik, dan, koma. 
"Hari ini!." (Sekarang). 
"Hari ini!." (Besok). 
"Hari ini!." (Lusa). 
Bagaimana sejarah dituliskan?. 
Perulangan tanpa berakhir. 

Kesepakatan terbaik antara hati dan pikiran adalah (mungkin) "sepakat bahwa,  kamu akan mengurus,  mengasihi,  mencintai,  dan merawat jiwamu.".
Dia,  adalah temanmu.
Setia sampai menyebrangi akhirat dan setelahnya.

F,G,H,I,J,K,L,M,N,O,P,Q,R,S,T,U,V,W,X,Y,Z.(TITIK)

#citra_autisimo

Saturday, September 2, 2017

Sang Idaman

Pertanyaan siapa yang harus ku beri jawabnya. 
Terima kasih bulan nan sayu,  kamu mempedulikan aku setiap malam. 
Setelah hari ini,  mereka haruslah jeli saat berhadapan denganku. 
Karena aku adalah diam itu sendiri. 

Adalah kamu,  yang memilikiku sebagai kebutuhan dan siap atas segalanya tentang mahluk ciptaan seperti aku,  komitmen pertama dan terakhir untuk jiwaku batinku dan ragaku,  komitmen yang terbaik yang akan ku buat untuk ku jalani dan selesaikan dalam tanggung jawab. 

Sejak saat ini pula,  aku hanya akan menjawab dengan senyum. 
Aku hanya akan berkata dalam doa. 
Berucap hanya lewat kedua tangan dan kaki ini. 
Dan melakukannya dengan segenap pikiran,  segenap hati,  dan segenap daya upayaku. 
Supaya kamu-dirimu-pribadimu-batinmu-pikiranmu selesai untuk memastikan tentang siapa aku bagimu tanpa terbebani dan tanpa keterpaksaan. 

Bila nanti sulit kau rasa,  artinya kau sungguh-sungguh ketika menangisi keinginanmu. 
Bila nanti getir kau rasa,  artinya kau sungguh-sungguh mengerti atas apa yang kau niscayakan. 
Bila nanti bahagia pun kau rasa, artinya kau sungguh-sungguh tulus menapaki jalan itu. 
Sebab tiada lagi nanti alasan yang mampu kau ciptakan untuk menyesalinya. 
Untuk ku dan bersamaku. 

#citra_autisimo

Monday, July 3, 2017

Menggemaskan

Jengkal demi jengkal aku menjilat ludahku.
Saat itu sapaanmu memberiku gunungan harapan.
Mataku terbuka,  lalu berusaha mengejarmu dengan berlari sangat cepat.
Puisi cinta tidak lagi bersahabat dengan keadaanku.
Meski tulang-tulangku ini yang sekarang berkeringat.

Enggan sekali rasanya berurusan dengan cinta-cinta yang bodoh.
Jangan bilang kau cinta kepadaku supaya kau tinggalkan.
Aku bukan berasal dari kaum yang siap mati demi kesenangan belaka.
Aku tidak menjual cinta dengan murah agar semua boleh mencicipinya.

Sesekali waktu aku tertawa.
Saat mulutku menganga sambil menengadah ke langit,  aku akui itu demi cintamu.
Tetapi aku tidak memintanya kepadamu.
Aku memintanya dari pencipta cinta yang mengetahui segala seluk beluk tentangnya.

#citra_autisimo

Tuesday, June 13, 2017

Liefde is Koppige en Barmhartige

Doa bagi yang amat aku sayang.
Dulu,  aku hanya memikirkan diriku.
Setelah itu aku sadar ternyata aku hanyalah buah dari pikiranku sendiri.
Aku begitu naif,  terutama dengan pilihan yang ku temui.
Setelah itu,  aku sadar pula,  bahwa aku tidaklah bahagia di sana.
Telah kujatuhkan hukuman seumur hidup atas kalian,  bahwa kalian tidaklah lebih baik dan utama.
Sukma kini tak lagi sama,  sesuatu yang turut menghidupinya kini benar-benar telah meracuninya.
Aku memilih jalan yang terjal lagi sulit,  dan kini menyesalinya.
Semudah itu kecewa lahir dalam manusia.
Berbayar pahit,  bersisa kelabu.

Walau ku tulis dalam kebenaran,  mereka yang mengenal raga ini tak pernah menyadari apa yang membuatnya mereka kenal.
Dalam kesungguhan aku mengatakan,  perbedaan ini bukan alasan yang bijak untuk antipati kepada mereka.
Dengan demikian,  jauhlah mereka semua karena pengetahuannya.
Sisi terbaik dari alasan kita harus berjumpa.

Bukan filosopi,  lain hal dengan tanda takdir.
Untuk itu kamu dan aku bertalian dalam hati.

Aku bukan si manusia abadi.
Kesabaranku berbatas,
Nafasku tak selamanya,
Merasakan sakit,
Dan tidak punya mahkota kebenaran.
Berbicara dalam ketulusan, hanya itu yang jadi pengharapanku.
Aku tidak menjual kesedihan dan air mata demi cita-cita bahagia.
Aku mencintai keduanya karena mereka saling mengisi di tiap zaman.
Aku tidak menguasai banyak hal untuk merajai segala pujian.
Semua demi aku mempertahankan hidup.
Ketahuilah sesuatu,  bersamaku akan selalu ada derita.

#citra_autisimo

Tuesday, June 6, 2017

Liefde is koppige en Barmhartige

Pijakan ini mulai dingin.
Seolah mati rasa,  tidak terasa lagi apa yang aku pijak.
Aku menyatu dengan semua dimana aku berpijak.
Melebur dilekat erat.

Ada kalanya,  seperti hangus terpanggang dari dalam.
Ada alasannya,  sesuatu menggerogoti diluar kesadaranku.
Ada pula akibat,  layaknya sunyi di tengah riuh badai angin.
Begitu pula akan apa yang menjadi kesan,  seperti menjual kesedihan dengan tawa,  sementara lainnya terjual dengan air mata.
Inilah candaan dunia,  beserta selera humornya yang tinggi.

#citra_autisimo

Liefde is Koppige en Barmhartige

Yang teristimewa waktuku bersama dia.
Jangan lagi satu-satunya kunci ditanganku jatuh kepadamu.
Sebab tak seperti pikiranku semua ini berlangsung.
Bagaimana bisa hujan datang tanpa uap-uap yang membumbung?
Bagaimana bisa ku melangkah di atas pelangi tanpa basah dibasuh hujan?
Bila aku bukan yang ingin dimiliki,  paling tidak aku bukanlah pengganggu yang merasa memiliki.

Hanya sekedar berusaha menyatakan kesungguhan yang tidak berwujud.
Hangat sekali pancaran sinarnya.
Membuat terbuai.

Roh ini memang menyentuhnya,  jiwa ini memang melilitnya,  tapi pelukan jauh dari angan.
Hidup itu nyata,  siapa yang hidup dialah dia yang membuatnya tampak semu.
Rasa itu abadi,  yang membuat badan ini kuat melawan fana.
Siapapun kamu,  siapapun cintamu,  lelaki baik adalah seseorang yang menyembunyikan diri dan hasratnya,  perempuan baik adalah dia yang menemukan persembunyian itu.

Lantas apa?
Apa yang membuatnya jadi begitu sengit?
Aku tidak membantahnya bahwa aku hanya figuran di dalam hidup ini dan kehidupannya.
Adalah ujung jalan yang satu lagi.

#citra_autisimo

Saturday, June 3, 2017

Liefde is Koppige en Barmhartige

Kamu bisa saja membohongi dirimu sendiri.
Seperti hal yang muncul dan tergambar di sorot mata itu berkali-kali.
Tidak satu alasan pun yang akan aku sebutkan untuk itu.
Sejenak singgah di pikiran ini bahwa kamu telah mengerti.

Karena aku tidak pernah punya alasan mengapa diriku menjadikanmu sebagai hal yang aku idamkan.
Karena aku tidak pernah akan membiarkan dirimu melihatku sebagai yang bukan aku.
Karena aku seperti ini setiap saat.
Menjadi seseorang yang dimiliki olehmu seutuhnya karena aku menjadi diriku sendiri.

Inilah hidup..
Terkadang aku harus menjelaskan hidup dengan bersusah payah.
Dalam bahasa yang sentimentil.
Supaya kamu tidak bertanya lagi ada apa dengan aku,  dan kamu mengerti bahasa ketulusan.

Kamu tahu bagaimana menemukanku.

#citra_autisimo

Wednesday, May 24, 2017

Liefde is Koppige en Barmhartige

Satu-satunya yang melumpuhkan jati diri manusia adalah sebuah pengaruh.
Apa pernah ada sesuatu dalam hidup ini yang menjadikanmu seperti bukan dirimu?
Alam kita adalah alam yang sama.
Kendati penyesalan kita adalah hal yang berbeda di penyatuannya nanti.

Momen yang membahagiakan.
Tidak lagi aku tidur dalam gelisah dan kebingungan.
Aku utarakan hal ini dengan senyuman di sekujur tubuh ini.
Tidak lagi ada kata-kata romantis mengalir deras beralur,  melainkan menetes dengan lembut.
Iya,  aku sadar sekarang,  Tuanku.
Benar,  bahwa keinginanku atas segala telah terwujud.

Banyak perkara yang ku saksikan yang membuat tawa,  kemesraan,  peduli,  kekhawatiran dan perhatian jadi bahasa yang menyejukkan.
Mendewasakan diriku dan dirinya.

Banyak pula perjalanan yang ku alami yang di dalamnya ada peran pentingku.
Menghantar pertalian antar setiap kehidupan menjadi lebih nikmat.
Aku pun paham bahwa aku hanyalah figuran dalam kehidupannya.
Sebatas angka dalam deret kepuasan semata.

Kami sosok yang senang,  kami sosok yang melawan kebiasaan.
Aku lebih gila dari semua ini.
Aku mencinta tanpa mengenal selamat tinggal.
Aku menyayangi tanpa berucap seharusnya dan harus bagaimana.
Aku lebih gila dari ini,  dan pesonaku ini tak mampu ditolak.
Kamu harus jijik padaku.
Kamu harus benci padaku.
Telah ku buat demikian kepadamu.
Supaya aku tahu seberapa besar isi hatimu.

#citra_autisimo

Tuesday, May 23, 2017

Liefde is Koppige en Barmhartige

Keras hati dan penyayang...
Ini ujian,  sekaligus karunia,  sekaligus pembuktian bahwa cinta pun bersemayam dan ada dimana saat keadaan buruk menguasaimu.
Kalau aku lahir kembali untuk memilih visi dan misi apa yang harus aku emban dalam kehidupan,  aku memilih untuk tidak mengenal arti sesungguhnya cinta yang dalam.
Ini nyata,  sesakit tanganmu mencubit pipimu sendiri.
Hanya saja bekasnya bertahan seperti egomu.

Aku menyaksikan ini dan bersumpah bahwa yang aku lihat ini adalah hal yang tidak lagi pantas disebut permainan kehidupan.
Saat dua dari mereka hidup berestafet dalam hidup yang baru dan muda,  terkadang mereka lupa bahwa cinta mereka yang memulainya.
Saat dua dari mereka saling menyayangi dengan sangat keras,  beton-beton penghalang yang sama kerasnya pun lahir dari endapan tetesan kekecewaan mereka.
Saat dua dari mereka sadar tidak lagi bisa berjinjit untuk saling melihat,  begitu pula nanti saat berusaha saling melihat dengan melompat.
Padahal dua dari mereka tahu,  mereka sadar,  telah dihapuskan keakuannya.
Dua dari mereka akan tetap melakukan itu.
Ini lebih luas dari dugaanmu.

Kami mahluk tanpa kesempurnaan kerap membunuh bagian diri kami.
Bahkan senyum pun kami tukar dengan keterpaksaan.
Sayangku,  sayangmu terjual kepada saudagar benci yang bahkan tak kau kenal sama sekali.
Lidah kami tidak bertemu lagi seperti layaknya anak mata air yang bertemu muaranya.
Kata terima kasih pun tidak lagi menelurkan kebanggaan,  melainkan prasasti vonis untuk saling menjatuhkan harga diri sang belahan hati.

Kita semua sebar-bar dan sekonyol itu. Semua!
Seperti menjamu pemabuk,  tahu bahwa akan segera tumbang,  tapi tidak berhenti minum.
Ingatlah...
Kita bukan binatang.
Benar mereka adalah binatang,  tapi kita perlahan berubah seperti mereka.

Kita semua akan ranggas di musimnya masing-masing.
Pikirkanlah...
Darah kita akan saling bercampur dalam cawan kehidupan yang sangat jernih,  dan terjadilah demikian.
Memori kita akan saling tertaut,  dan terjadilah demikian.
Nafas kita akan terengah bersama,  dan terjadilah demikian.
Apa yang aku kecup,  apa yang kamu kecup,  kita,  akan saling mengerti makna kecupan itu,  dan terjadilah demikian.
Kita akan diganjar bertubi-tubi oleh cinta,  karena cinta itu keras hati dan penyayang.

Dan terjadilah hari ini,  dalam kuasa kita.
Kuasa yang sejatinya kendalinya ada dalam genggaman kita.
Kuasa titipan yang tidak sebanding dengan apa-apa saja yang menjadi keinginan dan kemampuan kita.
Sebab dan akibat akan selalu bertarung memenangkan kursi kebenaran.
Sayangnya,  setiap itu terjadi,  kita selalu seperti ini.

Ingatlah...
Kita tidak pernah benar-benar memilih.

#citra_autisimo

Sunday, May 21, 2017

Liefde is Koppige en Barmhartige

Menandur janji di tanah gersang adalah tanggung jawab mustahil bagi insan tanpa daya.
Manusia dicipta untuk berupaya dalam batasannya.
Aku menyadari hal ini.
Tidak masalah berkorban sedikit untuk hal yang disuka,  apa lagi banyak-banyak untuk hal yang dicinta.
Itu janjiku.
Dan menunggu adalah bagian dari apa yang aku lakukan saat ini.
Bila aku memukul keras sebuah gong,  bukan berarti aku tak lagi sayang.
Bila aku melempar jatuh seekor burung,  bukan berarti aku tak cinta.
Tetapi karena hanya itulah satu-satunya yang saat ini yang terbaik dalam kesanggupanku.
Dan siapapun yang mendengar gaung gong itu harus jatuh jauh dari nestapa.
Supaya dia bahagia.

Sekian lama untuk sekian waktu,  masa depan terus mendekat.
Bila dalam tujuh hari aku tidak bisa melupakan tiap romansanya,  artinya tujuh puluh tahun lagi ini berlangsung.
Aku harus memerankan peran penjudi kali ini.
Sketsa hanyalah sketsa,  hanyut biarlah hanyut,  badai tiada terelakkan.
Aku harus menghianati apa yang aku jaga di setiap detiknya.
Supaya dia bahagia.

Mungkin inilah yang dipuja sebagai fana.
Hanya ada sisa-sisa yang untuk ku telan.
Paling tidak sekian waktu itu tidak abadi,  aku hanya akan abadi dalam kematian nanti.
Semua yang ku laraskan dengan keringat batin dan pikiran ternyata milik takdir seorang.
Tangismu,  tangisku tidaklah sepadan.
Muramku,  durjamu tidaklah seiring jalan.
Aku melirik jalan ini karena janjinya baik.
Yaitu,  menanti harapan.
Semua hanya keinginan,  dan seterusnya.
Maka terjadilah apa yang menjadi tujuan kebaikan.
Supaya dia bahagia.

#citra_autisimo

Friday, May 19, 2017

Liefde is Koppige en Barmhartige

Menyimpan yang terbaik untuk yang terakhir.
Percayalah,  aku berdiri di atas dua kaki,  dengan satu hati saja yang ku pijak.
Aku hanya menyiapkan bangku kosong untuk diduduki kapanpun muncul keinginanmu untuk berubah dan memutuskan untuk diam di sana.
Aku hanya melakukan sesuatu yang ku menurutku baik dan pantas.
Yaitu menunggu.
Tidak pernah ada niat untuk menyeretmu atau siapapun ke dalam pusaran ini.
Kesalahan itu muncul karena mereka mengukur aku dengan ukuran mereka,  tidak dengan ukuranku.
Seandainya takdirku memang tidak menjadi terang di matamu,  tidak menjadi pelindung kulitmu,  tidak menjadi pemuas dahagamu,  tidak tidak dan tidak,  tidak menjadi apapun yang berarti,  hanya sekedar mainan bagimu,  jawabanku adalah diam.
Karena di planet kecilmu sana aku memang tidak berarti,  aku masih sadar dan tahu diri,  akan ku tuliskan kata-kata terakhirku.

"Tuhan meletakkan kamu di sebelah diriku bukan untuk menjelaskan kepadaku apa artinya kebetulan.
Bila aku seperti jauh dan berkabut,  itu hanya caraku untuk tidak terbawa arus hidup kalian.
Aku adalah orang yang mengimani kebaikan di setiap kamu bahwa kamu itu baik."

Walaupun aku bukan yang terbaik.

"Aku tidak serumit yang ada di pikiranmu. Yang  ku lakukan ini semata-mata demi siapa yang ku sayangi,  demi kebaikan,  dan mungkin paling pantas untuk aku perbuat."

#citra_autisimo

Liefde is Koppige en Barmhartige

Bagaimana aku nanti?
Harapan selalu menahan beban cita,  bahkan saat segalanya berjalan di luar kendalimu.
Ada selisih di sana antara hatimu dan egomu.
Mereka teman sejiwa walau kerap berjauhan.

Bagaimana aku nanti?
Beberapa hal yang aku tahu hanya terjadi satu kali saja.
Saat waktu berdenyut,  dia tidak mengenal kembali.
Saat kata terucap,  dia tidak mengenal kembali.
Saat bara api menjadi abu,  dia tidak mengenal apa itu kembali.

Bagaimana aku nanti?
Aku mencintai pelangi,  namun meneduhkan diri dari hujan.
Aku mencintai matahari,  namun menghindari terangnya siang.
Aku sayangi dia,  sang samudera,  namun bersembunyi dari kilau birunya.

Bagaimana aku nanti?
Tak satu kalimat pun yang aku nyatakan,  aku mampu berbicara.
Ku melihat ruang yang terang,  aku tak kuasa duduk.
Apa yang aku sentuh hingga lelap,  ku cubit sampai merah.
Yang ku cium berulang kali,  aroma yang ku acuhkan batasnya.

Bagaimana aku nanti?
Akulah pencipta kesedihan.
Akulah pencipta pertanyaan.
Akulah pencipta kebencian.
Akulah kebohongan di atas kebohongan.

Bagaimana aku nanti?
Aku ingin segera tua dan jompo,  melangkahi semua.
Meninggalkan kualitas hidup kepada darah dagingku.
Memastikan kejujuran dan kebaikan mereka tanam di halaman surga mereka.
Duduk santai menegak pahitnya kopi dunia,  menemani beberapa melodi dari kenangan tuaku sambil menatap jendela hatimu.
Bersama jiwaku yang sempurna,  karena jiwamu sudah mengikat aku, selamanya.

Bagaimana aku nanti?
Tangan menarik,  kaki melangkah pergi.
Bersandar dekat,  mulut berteriak jauh.
Mengangguk tapi menangis.
Tertawa tapi tidur lelap.

Ibarat bergejolak laksana gunung berapi yang tertutup es abadi yang dingin.
Mereka menemukanku saat semua yang hilang tidak lagi dicari.
Hampa dan tak bergeming.
Terang dan gelap ternyata tidak pernah saling  bertukar janji.
Itu bukan tentang seberapa pelik permusuhan mereka.
Ini tentang bagaimana rasa hormat seharusnya ditunjukkan.

Bagaimana aku nanti?
Aku mengerti.

#citra_autisimo

Arsip

addThis

addThis