Keras hati dan penyayang...
Ini ujian, sekaligus karunia, sekaligus pembuktian bahwa cinta pun bersemayam dan ada dimana saat keadaan buruk menguasaimu.
Kalau aku lahir kembali untuk memilih visi dan misi apa yang harus aku emban dalam kehidupan, aku memilih untuk tidak mengenal arti sesungguhnya cinta yang dalam.
Ini nyata, sesakit tanganmu mencubit pipimu sendiri.
Hanya saja bekasnya bertahan seperti egomu.
Aku menyaksikan ini dan bersumpah bahwa yang aku lihat ini adalah hal yang tidak lagi pantas disebut permainan kehidupan.
Saat dua dari mereka hidup berestafet dalam hidup yang baru dan muda, terkadang mereka lupa bahwa cinta mereka yang memulainya.
Saat dua dari mereka saling menyayangi dengan sangat keras, beton-beton penghalang yang sama kerasnya pun lahir dari endapan tetesan kekecewaan mereka.
Saat dua dari mereka sadar tidak lagi bisa berjinjit untuk saling melihat, begitu pula nanti saat berusaha saling melihat dengan melompat.
Padahal dua dari mereka tahu, mereka sadar, telah dihapuskan keakuannya.
Dua dari mereka akan tetap melakukan itu.
Ini lebih luas dari dugaanmu.
Kami mahluk tanpa kesempurnaan kerap membunuh bagian diri kami.
Bahkan senyum pun kami tukar dengan keterpaksaan.
Sayangku, sayangmu terjual kepada saudagar benci yang bahkan tak kau kenal sama sekali.
Lidah kami tidak bertemu lagi seperti layaknya anak mata air yang bertemu muaranya.
Kata terima kasih pun tidak lagi menelurkan kebanggaan, melainkan prasasti vonis untuk saling menjatuhkan harga diri sang belahan hati.
Kita semua sebar-bar dan sekonyol itu. Semua!
Seperti menjamu pemabuk, tahu bahwa akan segera tumbang, tapi tidak berhenti minum.
Ingatlah...
Kita bukan binatang.
Benar mereka adalah binatang, tapi kita perlahan berubah seperti mereka.
Kita semua akan ranggas di musimnya masing-masing.
Pikirkanlah...
Darah kita akan saling bercampur dalam cawan kehidupan yang sangat jernih, dan terjadilah demikian.
Memori kita akan saling tertaut, dan terjadilah demikian.
Nafas kita akan terengah bersama, dan terjadilah demikian.
Apa yang aku kecup, apa yang kamu kecup, kita, akan saling mengerti makna kecupan itu, dan terjadilah demikian.
Kita akan diganjar bertubi-tubi oleh cinta, karena cinta itu keras hati dan penyayang.
Dan terjadilah hari ini, dalam kuasa kita.
Kuasa yang sejatinya kendalinya ada dalam genggaman kita.
Kuasa titipan yang tidak sebanding dengan apa-apa saja yang menjadi keinginan dan kemampuan kita.
Sebab dan akibat akan selalu bertarung memenangkan kursi kebenaran.
Sayangnya, setiap itu terjadi, kita selalu seperti ini.
Ingatlah...
Kita tidak pernah benar-benar memilih.
#citra_autisimo