-->
Showing posts with label Anomali. Show all posts
Showing posts with label Anomali. Show all posts

Saturday, October 21, 2023

Riwayat : Air Terjun

Heningnya makam bukanlah diam tanpa peristiwa.  
Tetaplah diam, tetaplah bungkam.  
Semesta menyaksikan dan merekam.  
Tanpa harus mengadili setiap kelam.  

Ada api-api kecil dalam penantian.  
Kuasaku sendiri yang membuatnya besar.  
Kelak,  aku akan terbakar.  

Sesuatu tentang jasad,  dan zaman.  
Hari ini aku melihatnya,  air terjun yang sangat indah.  
Ada air bah di jalurnya,  mengejar siapa pun di perlintasannya.  
Aku hanya bisa berkata-kata agar mereka selamat. 
Tapi bukan keselamatanku.  
Dia akan naik terus sampai ke atas,  tanpa dikekang aturan apapun.  
Aku hanya bisa lari,  sampai ke daratan tertinggi,  sembari terancam tenggelam.  
Ternyata,  danau luas yang jernih menanti di sana.  

Tapi,  aku memilih membadani dosa.  
Aku dan alasan-alasanku digiring untuk mungkin dicuci di sana.  
Tidak ada lagi yang bisa kupersalahkan.  
Jelaslah siapa aku ini.  

Tentang perubahan-perubahan,  mungkin saja.  
Siapa yang tahu?.  
Manusia dan keinginannya atas hal kotor tetap meminum air jernihnya.  
Rasanya sakit sekali.  
Aku juga butuh demikian.  

Apakah bayanganku tentang 150 tahun lagi bisa terjadi?.  
Apakah aku lebih dulu atau melampauinya?.  
Apakah keinginanku direstui semesta alam?.  
Ataukah,  bagianku hanya sebatas halusinasi ini saja?.  

Tentang masa lalu,  selalu menghantui.  
Sengaja kubiarkan,  nyatanya aku sedang memupuk sesuatu.  
Ada kehidupan yang ku lupakan.  
Ada kehendak yang ku rendahkan.  
Ada harapan yang ku telantarkan.  
Ada bagian diriku yang ku abaikan.  
Bahkan,  ada hidupku yang padanya melekat satu-satunya kemuliaan,  itu pun selalu aku pertanyakan.  
Kenapa pula aku memilih jalan ini?.  

Api-api kecil ini yang dipadamkan oleh air bah.  
Sudah melebihi apapun hak untuk diriku berekspektasi.  
Tanpa melihat siapakah aku.  
Air terjun yang tidak mungkin surut.  
Lucunya aku.  
Ironisnya hidupku.  


#citra_autisimo

Friday, June 9, 2023

Riwayat : Satu Titik Balik

Rimba alam sang jembatan Maha Menyaksikan.  
Bagaimana menurut hatimu risalah sejarah ini?  
Sudahkah waktunya bagiku menekuk cerita?  
Tiada jumawa lagi,  tanpa alibi lagi.  
Pernah asa dipatah asa,  luluh lantak jadi debu dan kotoran.  
Lelah bicara diantara celah bara.  
Raga,  oh raga,  ditempa pula.  
Bukan derita yang ku benci,  tapi masa yang tidak menepi.  
Aku saksi untuk perempuan yang dihantam mahluk taik itu.  
Aku dan jiwaku yang tersakiti ditengah aturan rimba alam.  
Kenapa diam memilih aku?  
Bila saja ku tanya,  aku dapat bila apa?  
Bisaku apa?  
Kenapa dunia tidak seindah cerita?  

Rimba alam sang jembatan Maha Menyaksikan.  
Engkau di mana?  


#citra_autisimo

Thursday, June 8, 2023

Riwayat : Behind The Stupid

Be gentle with your feelings.  
To approach your door.  
To see you fair close.  
I will pass the dusk.  
Night may not be vast enough.  
Then I'll sneak for all my treasures.  
Through it by silent.  

Sadness not for sale.  
I am a man.  

#citra_autisimo

Sunday, May 28, 2023

Riwayat: Proyeksi

Kepada, tuan-tuan tanya yang terhormat.  
Sinis,  negatif,  dan hari ini.  
Setelah mencapai puncak tertinggi semesta,  aku mampu melihat kesempurnaan.  
Aku adalah kebebasanku.  
Aku adalah kehendakku.  
Aku adalah alamku.  
Aku paling disayang oleh semesta.  
Aku restu terbesar oleh tangan semesta.  
Tanpa ada satu hal pun tentang ketidakmampuan kalian,  yang selalu kalian bebankan kepadaku.  
Maka terjadilah hari ini.  
Semua nyata,  semua ada,  nyata ada dalam kesadaran dan keseimbangan.  
Satu di dalam satu.  

Aku bergetar,  kau tidak.  
Aku berenang terbalik,  kau tidak.  
Aku diam,  kau tidak.  
Aku dan kamu ada karena persaingan.  
Walaupun,  napas kita bercampur.  

Tentang ketiadaan ke-aku-an,  lekas berbesar-wujudlah kalian.  
Dalam keintiman aneka pilihan dan ragam rasa.   
Kita adalah kata paling cinta untuk kita yang berkenan kepada kasih saja.  
Karenanya,  menolehlah kepada wajah yang sama untuk arah pulang.  
Kita akan baik-baik saja.  

Persepsi,  opini,  penghakiman,  nasihat,  dukungan,  pujian,  iba,  sesukamu sajalah.  
Aku mengalah,  karena itu adalah bagianku.


#citra_autisimo

Monday, May 15, 2023

Riwayat: Hari Ini Aku Abadi

Tidak ada baik,  tidak ada buruk.  
Tidak ada kemarin,  tidak ada besok.  
Tidak ada masa lalu,  tidak ada masa depan.  
Tidak ada takut,  tidak ada cemas.  
Tidak ada ditarik,  tidak ada menarik.  
Yang nyata tidak ada.  
Hanya ada saat ini.  

Kesadaranku ada sebagai pusat semua irisan sekat-sekat.  
Dia tidak ada lebih ke kanan atau ke kiri.  
Selama ini aku saja yang terlalu menatap dekat.  
Aku tidak menikmatinya dalam bentuk yang sungguh sempurna bulat.  
Mestinya aku bergerak ke atas dan melihat.  
Padahal penopangnya sudah sangat kuat.  
Aku pikir aku memilikinya,  aku cuma meminjamnya.  
Tanah ini sudah membiarkan aku mengambil sari-sarinya.  
Sampai-sampai tanah ini lelah,  dan membiarkan saja bayanganku berhamburan tidak beraturan.  

Aku mendekati hidup dan keabadian.  
Kami ingin bersepakat dalam tujuan saling membahagiakan.  
Titik yang belum pernah siapapun lihat.  
Aku dalam bentuk abadiku.  
Anomali.  

#citra_autisimo

Sunday, March 12, 2023

Riwayat: Persilangan

Aku menatap air yang tenang.  
Aku menunggu awan merah di sore hari.  
Aku pergi memancing,  menunggu satu ekor ikan saja.  
Aku suka duduk mengantuk di bawah pohon.  
Aku membuka jendela kamarku tiap ku hendak tidur.  
Benar-benar di sana.  
Aku senang.  
Aku semakin tua.  

Ketika aku berkesempatan untuk mengagumi jutaan hal dan atributnya,  bagiku hanya ada satu hal.  
Hutang terimakasihku kepada Ibu.  
Agar kelak aku mampu menjadi Ayah.  
Agar ku sanggup memasak hidupku.  

Dalam-dalam ku renungkan resep yang paling sederhana.  
”Berpikir” tentang cinta yang hadir ketika persilangan otak ini dengan kebahagiaan yang berhamburan di luar sana tidak lagi menggodaku.  
Sudah cukup,  kau kira aku peduli?.  

Apa salahnya aku diam?  
Apa susahnya bertanya?  
Di mana?  
Ada banyak lubang yang bisa kamu isi.  
Tapi yang satu ini adalah hak aku.  
Apa?  

Hanya aku yang tahu itu apa.  
Jika maaf ku mudah kau dapat,  mungkin,  kau juga mudah-an untuk didapat.  
Tak setitik pun yang adalah hak mu.  
Bukan melulu tentang kamu.  
Setidaknya,  sampai aku membiarkannya.  
Sadarlah,  itu kan masalahmu!!!  
Ke-aku-an-mu telah menelanmu mentah-mentah.  

Ku rasa semuanya baik-baik saja.  
Aku senang,  aku di dalam damai.  
Kamu bukan urusanku.  
Paling tidak untuk hari ini.  

#citra_autisimo




Friday, August 20, 2021

Riwayat: Selamat Tinggal

Setetes air kehidupan.  
Segenggam tanah.  
Sehembus udara nan sejuk.  
Dan,  setitik api kebenaran.  
Sebagai yang tidak pantas untuk memilih,  aku mengerti itu,  itu adalah hidup.  

Kamu yang menghindari jalan ini,  akan tersesat.  
Bila kamu menurutinya,  tidak akan pernah ada jalan olehmu sendiri.  
Tidak ada romansa di sini.  
Tidak ada yang namanya jawaban di sini.  
Baik itu untuk kesedihanmu,  amarahmu, kegembiraanmu,  penasaranmu,  alasan-alasanmu,  apalagi untuk lari dari kehidupan ini.  
Kau salah!!!.  

Meyakinkanmu adalah satu tugas berat.  
Seringkali,  kita terlalu pagi menilai cakrawala esok hari.  
Dan kerap terlelap dalam angin malam,  tanpa sempat menemukan satu saja bintang bercahaya di sana.  
Terkekang oleh fatamorgana yang itu-itu saja.  

Apakah mimpi pun adalah sebuah kesalahan?  
Sekali lagi,  tidak ada romansa dan romantismenya di sini.  
Akan selalu ada urusanku tentang takdir.  
Dalam wujudku sekarang,  adalah anomali.  

Kehidupan adalah cinta yang sebenarnya.  
Sekaligus liang lahat bagi segalanya.  


#citra_autisimo



Friday, May 21, 2021

Riwayat: Episentrum Fundamentalis #2 (Siklus Kematian)

Semesta adalah seorang guru terbaik.  
Guru yang memberi ruang bagi kebodohan,  ketamakan dan keangkuhan mahluk yang diasuhnya.  
Dan, serta merta menyelengarakannya.  
Agar semua asuhannya telanjang dan memusnahkan dirinya.  
Agar semua dahaga yang berlangsung berubah wujud,  menjadi pancaran kebenaran yang otentik.  

Di titik terdalam,  di kemudian hari,  diterjemahkanlah kebenaran itu.  
Bahwa itu adalah cinta.  
Dan hal itu sungguh tunggul kebenaran yang tunggal.  
Maka penyelenggaraannya adalah persilangan antara pertemuan dan perpisahan.  
Secuil entitas dalam semesta ini yang juga berasal dari mu.  
Kamu punya rindu,  kamu pun punya kelupaan.  
Padahal kamu yang sempurna.  
Kamu yang harus bernegosiasi dengan depresimu.  
Lucu,  sebab dalam kehidupan ini hanya ada kelupaan-kelupaan terhadap mandat.  
Hanya kepadamu saja,  semesta,  bagiku seluruh jawaban yang paling pantas.  

#citra_autisimo





Riwayat: Episentrum Fundamentalis #1 (Penghantar Kabar)

Babak baru tersibaklah...
Penolakan dan amarah.  
Bukan tentang cinta,  genaplah dendam yang sedang marah.  

Genangan nan jernih,  pantulkanlah.  
Aku yang sederhana,  saja ikhtiar ini gapai buana.  
Bila tak ku kejar cengkrama,  bila tiada juang untuk sia-sia.  
Minggu bagi semesta dan darahku,  tak pusingkan kotoran di kaki gerhana.  
Kaprah dan gua-gua rumpun bambu,  biar saja laksana jeram besar tak bergerak.  
Peta celaka.  
Doa-doaku yang paling jahat.  

Batasku tanpa siang lagi malam.  
Kau adalah asing dengan sebalut kain.  
Niscaya kau tanggalkan lalu telanjang.  
Kau adalah alasan citra buruk dari sempurnanya ciptaan.  
Ku perhitungkan apapun kepadamu,  sebagai balas dendam.  
Sampai bayangan ini tidak lagi hitam,  melainkan jadi dengki.  

Ku dengar jelas saat kau panggil Tuhanmu.  
Iya,  iya,  iya,  katamu.
Namun kehendak yang melekat sekotor perbuatanmu.  
Se-menjijikkan daulat kehidupan yang kau pilih.  
Bangsat...!
Damaimu tidak di sini,  tidak untukku,  selamanya.  
Sekali lagi dengan kebanggaanmu yang bangsat itu.  
Dan entahlah,  sepertinya kau melambai selalu kepadaku.  

#citra_autisimo


Sunday, May 16, 2021

Riwayat: Jalan Sang Penghibur

Dalam batas,  waktu,  ditemukanlah aku.  
Di dalam ada,  nyawa dari asa demi asa,  pastikanlah dirimu kepadaku.  
Seperti seekor kupu-kupu yang seharian singgah di ruangan hampa.  
Menyerahlah aku kepada ruas-ruas kehidupan.  
Setelah itu datanglah dia sebagai sang realita.  

Tiada ku tenun peristiwa satu dan lainnya,  dalam urutan,  hanya untuk janji sia-sia dan fana.  
Sungguh,  aku telah melihatnya dari dalam dosa ini berkali-kali,  damai yang ku cari adalah bahagia yang sesungguhnya.  
Demi siapa?  
Pastinya,...  demi cinta mereka.  

Rasanya sudah lebih dulu surga itu tiba dan aku menikmatinya tanpa mengingatnya.  
Hanya saja tubuh manusiaku ini ku rasa bukanlah yang terbaik untuk menjawab surga itu.  
Kesinisan ini selalu saja yang terus hidup meraja.  

Memang,  aku merdeka,  tapi hanya dalam biang lala.  
Yang sejatinya adalah penjaraku.  
Aku kian menjawab,  namun tidak pernah mendengarkan.  
Aku dirampas dari segala kebenaran,  oleh tuanya hingar bingar cakrawala dunia yang ku turuti itu.  

Sepertinya aku telah menggali liang penyesalan yang nantinya akan menelan manusia seperti diriku.  
Seandainya saja aku adalah diriku seperti yang cinta mereka inginkan.  
Bukan seorang pengkhianat yang menukar cinta dengan liang penyesalan.  

Sungguh,  aku mengerti cinta mereka hanya ada satu kali. 
Dan aku menerimanya untuk menjadi satu-satunya milikku yang jadi segalanya.  


#citra_autisimo

Thursday, March 18, 2021

Riwayat: Kritika Judul Yang Buruk

Tirakat penundaan kucuran benih-benih puncak nan samar.  
”Seperti hari ini,  baru saja,  bertahun yang lampau.”  
Pengakuan yang tidak satu kehidupan pun dari sana keluarlah dia dari perangkat itu.  
Persis seperti hari ini,  tidaklah silau dan identik,  untukmu,  seribu ribu dan ribu lama kali lagi ranggas daun hijau kembali.  

Kata-kata yang akan menjadi milikku selamanya.  
Eskatologi asupan indera.  
Sebab,  tidak satu pun mahluk bahkan mencitra bentuk dan menduga kehidupannya yang lain-datang.  
”Aku sedang menyusul keabadian.”  
Kalian harus patah.  

Koreng,  dan dan lalat yang memujanya,  adalah koloni cerpen belaka.  
Dalam hormat,  sesungguhnya debar-debar jantung ini adalah bejana yang lebih lega dari pada secuil pensil-pensil itu.  
Coretan yang hanya menunjukkan diri kepada siapa yang percaya kepada siklus.  
”Aku punya petanya.  
Langit yang sama,  tahta yang berbeda.”  

#citra_autisimo

Riwayat: Entah Sabda

Ohh.., malam.  
Latah mencinta di hati terdalam.  
Sambut lagi pagi di jalan itu.  
Hari baik memulai rutinitas semu.  
Tepat dari bawahnya,  kolong reklame jodohku.  
Betapa senyum itu memacu sensasi.  
Ku balas saja,  biar pun gersang ku tuntaskan dengan adab.  

Nadi yang hitam....
Sungguh petuah adi membeku di sana.  
Jangan lagi tumpah setampah.  
Sekedar jumpa ku rasa tiada lagi nanti kan sama.  
Biarlah bising sendiri,  gila-gilaku yang penurut.  
Demi se-nona-ku.  

#citra_autisimo

Tuesday, November 3, 2020

Riwayat: Opini Sang Pesimistis

Hanya ada sebuah cerita.  
Kisah merdeka untuk mencinta.  
Hanya ada di dalam dunia.  
Sebuah cerita, khayal yang merdeka.  

Jadi ini pelarian mimpi-mimpi yang dibui mati?  
Mimpi yang terpenggal oleh intepretasi.  
Yang datangkan lara setelaga.  
Demikianlah, bila itu setitik noda.  

Rasa hormat tidak datang dua kali.  
Tidak terbeli oleh narasi.  
Tidak ada ruang bagi pendusta.  
Bagi siapa yang menukar asa dengan jumawa.  

Aku pesimis mata-mata itu akan terbuka.  
Bukankah dendam akan berujung kejam?
Tidak bagimu,  tetapi bagi saudaramu.  
Kita ditakdirkan boleh lupa.  
Namun idealisme berkata tidak kepada ingkar.  
Begitu juga jawabanku bagimu titah-titah alam.  
Aku adalah benda usang yang dilahap waktu.  

Aku bukan penjual kata-kata bijak.  
Aku hanya menyambungkan rasa dengan rasionalku.  
Ini hanya peta penuntun hidupku kelak.  
Citra yang muncul dari pasang surut hidupku.  
Aku riak.  
Aku liku.  
Aku adalah torehan-torehan di sana.  
Sedangkan engkau bukan siapa-siapa.  
Pergilah... Tempat dan urusanmu bukan di sini.  
Aku akan menjadi ayah.  
Aku akan menjadi ibu.  
Aku juga akan menjadi anak.  
Dan aku tetaplah aku.  
Memangnya kau siapa?  

#citra_autisimo

Monday, November 2, 2020

Riwayat: Tragedi Perkutut Tanpa Nama

Wahai..., meratap dan menunggu...  
Kita di sini mau sampai kapan?  
Apakah jiwaku dan waktu berjodoh hanya untuk saling menyakiti?  
Aku takut bila tiada kita berdamai...  
Apa dosaku membelenggu jalanku?  
Aku merawat hidup dalam ketidakmampuan manusia. 
Dan, hari ini aku sadar apa jawaban-Nya.
Bergegas, bergegaslah, cepatlah, lakukan.  
Katakanlah segera,  selagi kita belum buta dan pergi jauh. 
Begitu kuat pengharapan ini.  

Aku melihat kasih yang sesungguhnya.  
Batinku merasakan betapa polosnya jiwa yang paling bersih dan tulus.  
Aku mendapatkan karunia,  di dalam usia,  september.  
Akan ku lampaui kehilangan,  harus aku lakukan.  

Jangankan aku,  seekor burung yang punya sayap pun ditangisi olehnya.  
Jangankan kepadaku,  di dalam penciptaan yang megah ini,  lebih megah lagi cintanya.  
Apa pun itu,  tanpa butuh nama,  dia selalu ada dengan segenap cinta, kasih dan sayangnya...  


#citra_autisimo






Sunday, June 7, 2020

Riwayat: Petani Waktu Dan Zaman

Aku adalah predator.  
Zaman yang memakan zaman.  
Aku jugalah yang paling komsumtif di antara mereka.  
Banyak punya tetapi banyak alasan.  
Akulah dia,  aku,  manusia.  
Serakah,  manusia yang suka menyantap waktu milik manusia lain. 
Hanya onggok bergerak,  tanpa jiwa yang benar-benar hidup,  manusia yang sama yang melahap setiap waktu,  tetapi disia-siakan.  

Yang ku impikan adalah engkau wahai petani. 
Petani waktu dan zaman.  
Jerih payahmu dibayar murah di setiap zaman.  
Hasilkanlah waktu untuk penyelenggaraan hidupku.  
Segera ku borong semua hasil panenmu.  
Bila persediaanku ini banyak,  tak perlu ku berbagi dengan yang lain.  
Kali ini,  menghargainya akan menjadi sangat mahal bagiku dan bagi harapanku.  

Pernah,  di kala aku lapar,  hidangan terbaikmu ku lewatkan.  
Pernah,  di kala aku haus,  kesempatan darimu ku lepas percuma.  
Tapi tidak demikian untuk hari ini dan selanjutnya.  
Aku merasa sisa waktu yang ku miliki ini adalah waktu yang terakhir.  
Zaman kian berubah ke arah yang satu.  
Aku ingin melihat akhirnya,  yang ku tak tahu adalah berapa lama lagi.  
Aku ingin membelikan pelita-pelita yang ku sayang itu waktu,  bila mungkin sebanyak-mungkin.  
Aku ingin cahaya mereka selalu terang di sampingku. 
Dan,  padam bersamaku.  
Selalu,  sampai aku temui di mana akhir.  

Ku tempuh jalan ini,  aku akan bertani waktu dan zaman.  
Aku,  impian dan janji manusiaku.  
Rundungan penyesalan haruslah dibuang.  
Baik bila aku hemat dan pandai melarang.  
Rasa ingin mengulang,  seharusnya ditebang.  
Waktu yang baru tidak boleh lagi kosong atau lalai terbuang. 
 
Pelita yang paling ku rindu,  senantiasa bercahayalah kepadaku.  
Terangmu dan hangatmu,  dampingilah perjalananku.  
Selalu.  

Demi pelita-pelita yang ku sayang,  dan kepada petani waktu dan zaman,  inilah janjiku.  
”Sekali ini saja wahai petani,  berikan lagi aku waktu dan zaman.  
Aku akan merubah segalanya.”  

#citra_autisimo



Friday, May 8, 2020

Riwayat: Balada Cermin Sosial

Yang baginya hidup adalah kenyataan,  artinya sudah benar bahwa hidupnya fana. 
Bilamana tegur yang fana dan sapa yang fana adalah sebuah gigitan dan kengerian kau bilang? 
Artinya dirimu terlalu serius. 
Dan sepantasnya,  pengakuan dan pelabelan akan kebenaran itu tidak datang dari dirimu. 
Tidak,  bahkan dalam dunia kata-kata. 
Era asal namamu,  sang kemayaan,  tidak nyata. 

Laksana beranak,  kemayaan terlahir dari mandat kebencian. 
Memang apa yang kau benci? 
Dirimu kah?
Apa era baru ini harus memisahkan bayangan kita berdua dari cermin yang sama?
Haruskah salah satu dari bayangan kita harus dibunuh? 
Mati sebagai tumbal kemuliaan sang kemayaan,  sebagai upahmu. 

Menang tanpa bahagia. 
Kalah tanpa tujuan mulia. 
Bayanganku biarlah terbunuh. 
Tapi ingatlah,  cermin ini akan selalu ku jaga jangan sampai pecah. 
Agar bayanganmu dapat tetap tampak untuk selalu menjagamu. 

Kata-kata ini hak ku. 
Kekayaanku,  ciptaanku,  permainanku,  senjataku,  dan akan selalu diukurkan,  serta kembali lagi kepadaku. 
Sebab akulah tuhannya. 

#citra_autisimo


Monday, April 20, 2020

Riwayat: Di Dalam Perang Kodrat

Dalam skema;
Alam adalah mahluk.
Alam adalah sosial.
Alam adalah skema.

Gerombolan burung penyantap biji-biji menghitamkan langit. 
Singgah saja lalu pergi mampir. 
Sebelum pergi,  kaki-kaki mereka dipijakkan kepada kuntum bersari. 
Sari dalam rupa debu di kembang yang tiada beda indahnya. 
Mereka ada banyak. 
Ranting tempat mereka tidur semalam beri sebuah pesan. 
”Aku siapkan semua,  bila telah kalian lihat celah di bawah atap itu,  tidurlah di sana,  mandi,  lalu berpencar kemana kalian suka.”

Dalam ketakutan;
Baginya yang baginya tampak.
Baginya yang baginya tak tampak. 
Baginya yang baginya ketakutan.

”Aku merasa sakit,  jejak mereka banyak,  jejak menyakitkan.  Bangsat, aku jijik.”
”Tubuhku adalah batu,  tubuhku adalah air,  tubuhku adalah tanah,  tubuhku adalah janin.”
”Aku mencari tahu lewat akar-akarku. Dan, benar saja, seperti yang gerombolan itu lihat.”
”Mereka menyakiti aku seperti musuh.”

Setiap hak;
Adalah tiap-tiap kewajiban. 
Adalah tiap-tiap pertanggung-jawaban. 
Adalah setiap kamu. 

Dari celah atap,  dengkuran mereka memulai malam itu. 
Debu beracun melanjutkan sisanya. 
Satu demi satu mulai berakar,  menutup pori setiap dinding dengan beranak. 
”Malam ini,  sesak mereka di balik dinding yang akan menuntun mereka keluar.” 
Debu yang baik melayani dengan sangat baik. 
”Air sudah ku tuntun untuk pergi,  tanah sudah ku perintah untuk merenggang,  dan batu segera datang setelah akar-akarku mencekik masing-masing satu leher sampai mati. Dan anjing-anjing terhormat itu yang akan memakan kenyang bangkai mereka sampai muntah.”

Aku ini bebal;
kapan?
Kapankah?
Sampai aku musnah.
”Selamat menunggu,  selamanya.”

#citra_autisimo

Wednesday, March 18, 2020

Riwayat: Labyrinth

Terkadang anak manusia harus diinjak,  atau tanpa sengaja terpijak.  
Sebagai penyambung langkah ”titah pencapaian manusia” lain. 

Di bulan Juli,  tepat ketika ular itu memakan ekornya sendiri.  
Rahim dari Bumi Selatan menghadiahkan dunia ini sebuah Tombak Besi dari Mars.  
Pertemuannya dengan Singa Perantau adalah takdir awal mula.  
Dunia adalah saksi hidup bahwa merekalah yang dipercaya untuk mengukir-tempa sebuah labirin pada tombak itu.  
Pertama,  daun-daun yang ranggas dan busuk adalah lebih dahuku makanan mereka.  
Dan kedua,  minum dari tetesan keringat mereka sendiri yang sedikit itu,  bukan karena haus melainkan sebagai pertanggung jawaban. 
Ketiga,  labirin itu adalah kesatuan jamak yang lebih banyak menyedot sari kehidupan mereka ketimbang mengenyangkan. 
Tapi karena jauh sebelum yang pertama ada lingkaran itu,  mereka bersahaja dalam mandat.  
Sebuah dimensi ungu sederhana,  tempat,  peraduan,  cita-cita,  satu-satunya anomali,  untuk bisa bahagia sebagai ciptaan.  
Dan selesailah labirin pada tombak itu.  

Selanjutnya,  segala sesuatu yang tertusuk tombak itu segera keracunan.  
Seketika roh dan jasadnya akan saling sinis.  
Korban manusia selalu penuh pertanyaan yang berputar-putar tentang apa makna cinta kasih.  
Penuh dengan kedengkian akan sebuah pengakuan tentang hati yang keras, hati yang tidak dimilikinya.  
Tombak yang posesif kepada 9 Kemurnian dan 4 Keindahan.
Dalam penjelasan yang paling sederhana,  yaitu memandang.

Setelah diterangi oleh bulan penuh yang langka itu,  tombak berlabirin inilah yang akan menggubah segala sesuatunya.  
Di titik ini tak ada lagi penyesalan.  
Manusia adalah tombak yang mengarahlengkap  dengan kekosongannya.  

#citra_autisimo

Thursday, February 27, 2020

Riwayat: Kesepakatan Bentuk Akar

Mula-mula,  ditetapkanlah batas. 
Dia berupa garis yang tampak apabila setengah mata dapat melihat tanah,  dan separuh mata dapat melihat langit. 
Mula-mula,  garis tegak yang harus ada di sana dialah batang. 
Mula-mula,  percabangan garis tegak itu dialah cabang dan seterusnya ranting. 
Mula-mula,  semua hijau dialah daun. 
Dan mula-mula, yang berlawanan letaknya (di bawah) dialah akar. 

Lalu,  kehidupan dimulai serta-merta. 
Kami berkumpul di sudut yang sama dan bergumam. 
Suara kami saling menguatkan,  terjadilah intuisi yang mengkerucut.  
Kamu menyaksikan bahwa kami menyepakatinya sebagai pohon. 

Lalu,  pertanyaanmu.  
Kenapa pohon?  
Mengapa dan keharusan apa pohon itu ada?  
Bagaimana sudut itu terpilih?  
Di mana setengah mata yang lain?  
Mengapa pertanyaan tentang pohon muncul?
Kapan itu mulai ada dan harus berhenti?  
Untuk apa?  

Mula-mula,  lalu,  setelahnya,  dan apa?
Dalam bentuk,  ada ikrar yang harus kita laksanakan,  namanya batas.  
Dalam sepakat,  ada batas yang harus kita laksanakan,  namanya bentuk.  
Yang menghidupi terjemahan ini seperti akar. 

#citra_autisimo

Riwayat: Konsensus Delusiolog

Bagimu ku beri sebuah bentuk.  
Dia,  Maman,  adalah kaul ketersesatan dan kesetaraan frekuensi.  
Lalu jadilah dia, Titi, adalah hari untuk mengenang peristiwa sembuh dari kewarasan.  
Ku jadikan ini sebagai mukadimah.  

Akulah ras munafik,  ras terkuat di jagad.  
Selamatlah aku.  
Aku tahan dicobai,  aku tahan disingkirkan, aku bertahan dan aku selamat.  
Dan hidup.  
Paling kuat diantara mereka.  
Penghantar kabar gembira.  

Mistismu itu lemah.  
Sihir yang berada di dalam aku jauh lebih tua.  
Sebab,  yang padaku itu,  Itu,  jauh lebih lebih misterius.  
Kecuali bagimu,  Maman.  

Akulah penghuni kampung tersepuh,  yang jadi tempat bertanya bagi pencari arah dan hari baik.  

Aku simbol kemerdekaan (di sana).  
Kehadiranku ini yang menjadi gangguan bagi mereka,  bukan mereka.  
Kecuali bagimu, Titi.  

Kata kunci dari persinggungan ini adalah konsistensi dan merdeka.  
Marilah takut kepada ketakutan.  

#citra_autisimo


Arsip

addThis

addThis