~penutup~
Mengucapkan selamat atas lulusnya sebuah ujian hidup adalah penting.
Setelah banyak berfikir dan melakukan, ada jarak senggang yang bisa dipakai untuk beristirahat.
Jadilah manusia baru.
Mulailah memperbaharui sisi manusiamu.
Tidak ada acuan khusus untuk itu.
Paling tidak lakukanlah.
Pesan terkuat.
Sesuatu tentang enharmoni selalu hadir, muncul ke dunia nyata.
Bekal yang seperti ini selalu memecah orientasi dan menyatukan pula bersamaan.
Ketika diriku diam dan pikiran berkelana, jiwaku terbang bersamanya.
Ketika pikiranku diam dan diriku berziarah, jiwaku juga terbang bersamanya.
Banyak waktuku untuk menyangkal dan disangkal pribadiku sendiri.
Dan waktu tidak pernah akan kehilangan maknanya.
Bila tiada yang baru ku bawa, yang lalu pun tidak mengikatku lagi di masanya.
Melainkan dia terikat dengan baik kepadaku.
Bersamaku melanjutkan sisa perjalanan.
Kebebasan dalam jelmaan sang enharmoni.
Satu saja sosok imajiner yang berada di sana sudah cukup.
Menjadi baru setiap hari sudahlah cukup.
Aku tidak pernah memaksa batasnya terkelupas agar dapat ku injak dunia berkelebihan.
Makna sesungguhnya yang terkuak dari perjalanan singkat ini adalah :
"Apa saja, apa pun itu, yang pernah ku tuliskan sejak dulu sekali, kemarin, sekarang, untuk nanti, untuk setelahnya dan sampai seterusnya adalah hidup dan kenyataan."
"Jasadku, jiwaku, rohku, kesadaranku, batinku, pikiranku, dan segenap usahaku, kami adalah hidup dan penerimaan."
"Kapan, kenapa, bagaimana, berapa, siapa, apa, dan dimana, segala perkara hidup, kami adalah mencintai dan dicintai, mengasihi dan dikasihi."
Aku bukanlah pribadiku dalam opini dan keniscayaan.
Aku bukan juga pribadiku dalam sebutan naif.
Aku bukan dia yang seperti pribadiku.
Aku kuat dan selalu baru.
Aku sendirian.
Aku unik.
Aku spesial.
Aku bernilai.
Aku merelakan serta mengikhlaskan.
Tugasku hanya satu saja, yaitu "Aku harus hidup, lalu berbahagia. ".
#citra_autisimo