-->
Showing posts with label Spesial. Show all posts
Showing posts with label Spesial. Show all posts

Wednesday, August 30, 2017

Wajah Penuh Warna

Jika itu mata air,  ia telah keruh. 
Jika itu kehidupan,  ia tidak lagi tertata. 
Jika itu warna,  ribuan nama yang akan tersebut. 
Jika itu takdir,  itu adalah juga kodrat. 
Maka mimpi yang boleh aku mimpikan malam ini adalah ucapan terima kasih. 
Sebelum semua yang aku telah dapatkan ku sadari dan ku terima sebagai yang terbaik,  tidak akan pernah aku bisa mengerti seperti apa rasanya memilikinya. 
Wajah itu yang mengartikannya kepadaku. 
Pengertian pun punya batas,  jadi cukupkan saja,  jangan pernah menghina wajah ini lagi. 

#citra_autisimo

NOTE:
Mereka yang datang dan pergi dalam rupa istimewa adalah yang dikenal dari keistimewaan pribadinya. 
Apa mereka-mu itu seistimewa itu?

Friday, July 7, 2017

Untuk Besok Saja

Nyatanya,  selalu saja tentang apa yang dilakukan manusia.
Tidak menyadari bahwa telah kehilangan sebuah hal penting.
Yaitu,  menjadi manusia.
Lalu alasan pun berdatangan,  bertubi-tubi,  agar terpisah jauh dari kelemahan.
Naif dan kosong.
Pengakuan terbaik yang selalu dikejar melalaikan dan  membenam perlahan keinginan sejati.
Jatuh dalam pilihan yang salah,  diombang-ambing dilema pikiran,  lalu patah seperti gigi dewasa.
Jati diri palsu,  realita-realita buatan,  dimensi tanpa garis dan sudut,  lalu apa?
Adakah satu pun dari itu memuaskan?
Tidak,  alat pemuas hanyalah pengalihan dari problema sesungguhnya.
Silahkan bertanya,  dari mana semua ini.
Pungut apa pun yang disukai,  penuhi gelas-gelas kristal bodoh itu.
Memangnya ada yang salah dengan itu semua?

Terlalu picik rasanya bila hanya membuat penilaian sambil duduk-duduk.
Dan memang,  terkadang waktu memisahkan sampai  sebegitu jauhnya.
Filosofi lagi,  lagi-lagi filosofi.
Dengan mudahnya kebaikan terjungkal oleh persepsi.
Sementara di luar sana banyak ketidak tahuan akan isi dunia masih saja digunjingkan.
Apakah ini yang disebut ideal?

Demi alam dan segala kerelaan,  janji-janji busuk kita tidak pernah lebih baik dari hal kotor yang mata kepala kita pernah saksikan.
Semoga ada celah bagi kedamaian di hati setiap pemiliknya.

NOTE:
Bayaran terbaik untuk masa tua bisa jadi dengan memiliki badan bungkuk,  berambut putih,  bersuara serak,  dan bersuara dengan kalimat yang susunan katanya berantakan dan tidak jelas.
Seandainya jodoh demikian indahnya.
Masa muda bertemu dengan peristirahatannya.
Menakutkan,  namun memacumu untuk terus hidup.

#citra_autisimo

Wednesday, July 5, 2017

Silahkan

Gak pernah mau punya rasa kecewa untuk orang-orang terdekat/spesial. 
Paling2 cuma punya penyesalan aja.
Karena gak berdaya,  gak mampu buat cegah atau jauhkan mereka supaya gak kejebak di situasi2 sulit.
Misalnya,  berdamai dengan diri sendiri... (mungkin)
Sekedar buang uneg2 atau jujur hati ke hati.
Gak mampu dan gak mau aja ngeliatnya diikat hal2 kayak gitu.
Rasanya gak tega liat mereka harus pura-pura tiap hari.
Padahal,  kita kan bisa bicara.

Tau dan ngerti kog kalo kepercayaan itu mahal,  dan  merasa belum pantes aja kalo harus jadi orang dipercaya.
Yahhh...tapi paling tidak, sekarang jadi tau ya...
Yang kita hindari atau kita tentang atau kita perangi  itu bukan orang lain,  tapi diri sendiri.
Itu dulu dehh.. nanti kita urus yang lainnya,  sama-sama.

Jangan pernah ngerasa sendirian atau ditinggalkan atau dipaksa atau dikekang atau disiksa bantahan2.
Sejatinya ada kog yang selalu dampingin kita,  pertama pasti itu Tuhan,  yang kedua pilihan,  ketiga ya kebebasan.
Mudah2an kemana aja nantinya kita terpilih buat pergi,  yang jadi "maumu" dan "mauku" di akhir nanti adalah hal yang sama... namanya "bahagia"...
Gak ada yang tau,  soalnya kebahagiaan itu misteriusnya selangit.
Kalo pun gak bahagia,  paling tidak itu udah jadi "mau kita".

Semuanya gak harus dimengerti sekarang.
Yang jelas harus dimulai dari sekarang.
Semuanya gak harus dirubah.
Yang jelas harus yakin,  semuanya berubah ke arah yang baik dan pasti lebih lebih lebih lebiiiihhhh baik lagi.
Semuanya harus diikhlaskan.
Yang jelas berusaha,  niat baik,  jujur,  dan doa jangan keputus gara2 hal sepele yang selama ini dipelihara, dikasih makan, dan digedein sama yang namanya ego dan gengsi.
Hahahaha... mau jadi yang begitu?

Miskin, kaya, jelek, cantik, ganteng, terkenal, gengsi gak dibawa sampe liang kubur.
Semua yang masuk liang kubur namanya jenazah.
Berbuat kebaikan aja tiap hari,  berlomba,  mumpung sekarang masih jadi bagian hidup.
Besar kecilnya bukan soal,  biar nanti pas waktunya liang kubur sudah hancur ambruk uzur ada yang diingat dari pribadi kita.

Gak salah toh kita obrolin?
Hehehe..
Maaf yang terdalam dan tulus dari 'si idiot'.

#citra_autisimo

Tuesday, July 4, 2017

Hanya Tanpa Tapi

Semampunya ini akan jadi hal yang sangat sederhana.
Dengarkan saja dulu,  akan aku ucapkan.
Dipertemukan. 
Saling melihat.
Menggoda dan tergoda.
Menyebalkan.
Seiring sering jumpa.
Menghindar.
Curi perhatian.
Saling kesal.
Saling diam.
Duduk berdua lagi.
Saling kejar.
Berpisah.
Bercanda kembali.
Tertawa.
Marah.
Diam.
Menjauh.
Benci.
Saling mencari.
Berbicara lepas.
Bersentuhan.
Lupa waktu.
Diam melamun.
Saling terbuka.
Marah.
Saling kecup.
Bosan.
Menangis.
Menangis berdua.
Saling dingin.
Bertemu mata.
Takut.
Benci.
Pergi sesukanya.
Bermanja-manja.
Berbalas puji.
Menggelitik.
Berfikir.
Bertanya.
Saling jaga.
Bingung.
Bermanja lagi.
Kehabisan kata.

Dari semua itu,  bertemu untuk pertama kalinya denganmu adalah sebuah penyesalan bagiku.
Seolah terkubur di sana.

Dan dari semua itu,  bertemu untuk pertama kalinya dengan pribadimu,  adalah berharga bagiku.
Aku bahagia,  kesempatan itu adalah melakukan hal-hal tulus bagimu.
Untuk kamu bahagia,  sembari aku melepasmu.

Dasar mimpi!!!!!

#citra_autisimo

Monday, July 3, 2017

Mauku Maumu

Bila kamu sedang memukau aku,  terasa seperti jalannya luapan air,  hanyut adalah satu peran di sana.
Dan seketika pula senandung itu lahir.
Karya alam merekayasa dunia kecil ciptaanku dengan sungguh menggemaskan.
Sejatinya tidak ada yang berubah,  suatu ketika kita berbicara banyak,  suatu ketika kita saling diam.
Sejatinya demikian.

Ada kalanya kita perlu selesai dengan diri masing-masing.
Maumu merambati dinding batuku. 
Mauku terhanyut di sungai bawah tanahmu.
Sesuatu yang jernih kadang tidak menemukan nama yang tepat,  tetapi gemanya ada di setiap saat.
Saling memantulkan isyarat yang sama.

Tidak ada paksaan atau siksaan,  seperti ritual matahari pagi,  hati yang hangat ada di sana.
Entah di mana lagi akan ku temui siksaanmu yang selalu aku nantikan.
Bukankah senja selalu terobati saat bulan dan bintang datang lagi?
Dan bukankah romantika malam selalu terobati saat embun pagi dan kicau burung datang lagi?

Maumu menenangkan jiwa ini.
Mauku menenangkan jiwamu.
Apakah manusia selalu salah untuk keinginannya  berada di hari-hari manusia lainnya?
Permulaan baik dari ketidak tahuan kita akan misteri hidup lainnya,  yaitu dengan saling mengerti.
Dan lagi,  tampaknya aku harus menghentikan pertanyaanmu dengan mengucap terima kasih.
Karena mauku dan maumu tidak seindah menjawab nalurimu bertanya.

Bila ini adalah cara yang dijalankan atas diriku untuk menjelaskan arti mimpiku,  aku berterima kasih.
Aku ikhlas,  aku akan menyandang apa pun itu sebutannya,  apa pun namanya.
Setidaknya,  aku tidak perlu berbohong atau pura-pura dengan berkata aku pantas dalam kisah ini.
Aku memang tidak pantas.
Mungkin,  inilah kegalauan belaka.
Tapi,  inilah mauku dan maumu.

#citra_autisimo

Tuesday, May 23, 2017

Liefde is Koppige en Barmhartige

Keras hati dan penyayang...
Ini ujian,  sekaligus karunia,  sekaligus pembuktian bahwa cinta pun bersemayam dan ada dimana saat keadaan buruk menguasaimu.
Kalau aku lahir kembali untuk memilih visi dan misi apa yang harus aku emban dalam kehidupan,  aku memilih untuk tidak mengenal arti sesungguhnya cinta yang dalam.
Ini nyata,  sesakit tanganmu mencubit pipimu sendiri.
Hanya saja bekasnya bertahan seperti egomu.

Aku menyaksikan ini dan bersumpah bahwa yang aku lihat ini adalah hal yang tidak lagi pantas disebut permainan kehidupan.
Saat dua dari mereka hidup berestafet dalam hidup yang baru dan muda,  terkadang mereka lupa bahwa cinta mereka yang memulainya.
Saat dua dari mereka saling menyayangi dengan sangat keras,  beton-beton penghalang yang sama kerasnya pun lahir dari endapan tetesan kekecewaan mereka.
Saat dua dari mereka sadar tidak lagi bisa berjinjit untuk saling melihat,  begitu pula nanti saat berusaha saling melihat dengan melompat.
Padahal dua dari mereka tahu,  mereka sadar,  telah dihapuskan keakuannya.
Dua dari mereka akan tetap melakukan itu.
Ini lebih luas dari dugaanmu.

Kami mahluk tanpa kesempurnaan kerap membunuh bagian diri kami.
Bahkan senyum pun kami tukar dengan keterpaksaan.
Sayangku,  sayangmu terjual kepada saudagar benci yang bahkan tak kau kenal sama sekali.
Lidah kami tidak bertemu lagi seperti layaknya anak mata air yang bertemu muaranya.
Kata terima kasih pun tidak lagi menelurkan kebanggaan,  melainkan prasasti vonis untuk saling menjatuhkan harga diri sang belahan hati.

Kita semua sebar-bar dan sekonyol itu. Semua!
Seperti menjamu pemabuk,  tahu bahwa akan segera tumbang,  tapi tidak berhenti minum.
Ingatlah...
Kita bukan binatang.
Benar mereka adalah binatang,  tapi kita perlahan berubah seperti mereka.

Kita semua akan ranggas di musimnya masing-masing.
Pikirkanlah...
Darah kita akan saling bercampur dalam cawan kehidupan yang sangat jernih,  dan terjadilah demikian.
Memori kita akan saling tertaut,  dan terjadilah demikian.
Nafas kita akan terengah bersama,  dan terjadilah demikian.
Apa yang aku kecup,  apa yang kamu kecup,  kita,  akan saling mengerti makna kecupan itu,  dan terjadilah demikian.
Kita akan diganjar bertubi-tubi oleh cinta,  karena cinta itu keras hati dan penyayang.

Dan terjadilah hari ini,  dalam kuasa kita.
Kuasa yang sejatinya kendalinya ada dalam genggaman kita.
Kuasa titipan yang tidak sebanding dengan apa-apa saja yang menjadi keinginan dan kemampuan kita.
Sebab dan akibat akan selalu bertarung memenangkan kursi kebenaran.
Sayangnya,  setiap itu terjadi,  kita selalu seperti ini.

Ingatlah...
Kita tidak pernah benar-benar memilih.

#citra_autisimo

Tuesday, May 16, 2017

Membayar Kisah Yang Terbuang Sebelum Dilupakan

Ini adalah kenyataan yang lahir dari sebuah mimpi.

Suatu ketika,  aku dipertemukan dengan dia.
Kami adalah dinding yang mewakili masing-masing diri kami.
Aku pekerja biasa,  menjalankan rutin sebagai penadah terik matahari.
Sedangkan dia,  inilah dia.  Alasan mengapa aku bercerita.
Sepintas tak salah kalau pikiran merekam sesuatu yang menarik dari gerak-gerik lincahnya.
Rutin di kepalaku menerjemahkan sebuah turunan unik dari apa yang dia lakukakan.
Yang ku ingat,  dia menyukai paparan hijau dan suasana segar puncak-puncak tinggi tanah ini.
Yang ku ingat,  dia berbicara dalam bahasa kerja keras.
Yang ku ingat,  aku melihat tatapan mata serius itu berulang kali tanpa pernah kutemukan perbedaan,  rasanya selalu sama.
Ia menurunkan kata bakti tanpa dia menyadarinya,  dan satu hal saja yang membuat siapapun yang jiwanya telah berkelana akan mengerti mengapa, karena dia hanya melakukannya.
Dan yang aku tahu,  hal itu istimewa sekali.

Suatu ketika,  kesempatan berbicara dengan dia.
Kami bergumul,  kami saling memberi umpan,  mempelajari bagaimana mendewasakan diri, kami mengulangi itu beberapa kali.
Dan terkadang duduk berdua,  menjelaskan satu ke yang lain bahwa masing-masing dari dua ini  bukan sosok imajiner dari ciptaan atau turunan opini orang lain.
Dari sana aku bisa menerima beberapa hal.
Tentang siapa dia,  dan penjelasan tentang kenapa aku ini.
Danau yang jernih selalu memantulkan bayangan siapa yang berada di atasnya.
Istimewa.
Terkadang ada burung-burung kecil memainkan riak air di sana,  menyenangkan. Bagiku.

Ini salah satu gardu pandang,  tempat terbaik  untuk duduk,  dimana siapapun dengan sangat sederhana bisa memandang keindahaan sebuah kedewasaan.
Aku melihat dunia tidaklah siap akan kehadiranku saat ini.  Mereka sanggup mematahkan apapun.
Memburu atau menjadi buruan bukan hal penting untuk diperhitungkan saat itu.
Dan jawabannya "iya",  hari itu dia mewakili dirinya dengan sangat baik dan dewasa,  dan tidak ada yang berubah mengenai itu hingga sekarang,  dan semoga sampai nanti.
Dan semoga aku masih berkesempatan melihatnya di masa depan.
Pertanyaan besar hari itu pun melekat baik,  "apa ini jalan yang kamu pilih untuk menuju kejauhan?"
Jawabannya adalah bukti,  dia melakukan yang dahulu dia lihat di kejauhan sana.
Yang disisihkan karena sebuah teorema akan mengerti,  sehingga kami menjadi antidot bagi kalian yang selalu dimudahkan.

Bentuk maaf yang rupawan.
Aku saksi dari suara-suara sumbang yang ditujukan kepada dia.
Untuk itu penghargaan terbaik adalah kata maaf.
Salah satunya adalah merangkai sedikit kekaguman di dalam sana yang mungkin sedikit,  paling tidak sedikit,  mengobati kekecewaan yang pernah tertanam.
Sebab,  sungguh-sungguh dari goa tempatku menceritakan ini,  aku tidak pernah  menginginkan tuaiannya nanti saat aku keluar dari sini ternyata menjadi hal buruk.

Dia memiliki Taj Mahal.
Sekarang dia berada di sana,  dengan segala kilau cita yang pernah diucapkannya.
Tiada saat yang lebih menyenangkan dari hal ini.
Sebuah pelajaran tentang keberlangsungan hidup yang terlalu murah untuk disesali.
Satu piramida lagi harus dibangun untuk membayarnya.

Siapa aku dan siapa dia,  hanya sekelumit saja dari luasnya penciptaan.
Dalam hal ini aku membuka dunia kecil ciptaanku agar serpihan-serpihan penciptaan masa lalu bisa ku nikmati.
Karena dunia tidak akan berubah sampai isinya merubah dirinya sendiri.
Perubahan datang dari mana saja,  bahkan dari segenggam tanah kebodohan yang tidak berharga.
Selamat datang yang terkasih,  masa depan.
Inilah alasan mengapa kamu harus tetap berlangsung.

Dan untuk kalian,  "Tidak akan pernah ada satu alasan pun yang akan membuat kalian mengerti."

#citra_autisimo

Monday, April 3, 2017

Kumbang Galaksi

Sinar matamu bagai matahari untukku.
Karenanya saat awan mendung menutupnya,  hariku lembab.
Karenanya pula jika tanpa awan,  hariku akan terpapar laksana dedaunan kering.
Senyumanmulah sejatinya awan-awan itu.
Mengendalikan hariku dari kejauhan.
Terasa seperti insan paling "beriman" .
Sebab,  gombalan adalah sebagian dari iman.

Dan permainan,  di antara kenyataan.

Sinar matamu bagai matahari untukku.
Karenanya saat awan mendung menutupnya,  hariku lembab.
Karenanya pula jika tanpa awan,  hariku akan terpapar laksana dedaunan kering.
Senyumanmulah sejatinya awan-awan itu.
Mengendalikan hariku dari kejauhan.
Terasa seperti insan paling "beriman" .
Sebab itu jangan pernah memulai permainan yang ternyata menyelesaikan segala.

Sudah ku katakan jangan.

#citra_autisimo

Thursday, February 23, 2017

22 Februari 2017

Ini humor tentang jodoh.
Dan aku si-omong-kosong tersiksa lagi.
Aku menunjuk siapa yang boleh berbicara kepadaku,
yang boleh tertawa dan bersedih bersamaku,
yang boleh bertanya jawab kepadaku,
yang boleh menyentuhku,
yang matanya boleh menatapku.
Dia adalah jiwa-jiwa telanjang.
Yang tahu bagaimana memperlakukan jiwa yang terpasung,
yang melihat,  mendengar,  dan merasakan sosok yang dihadapinya sebagai mahluk dalam kesetaraan.

Karenanya aku berdoa kepada Tuhan untuk dia.
Adalah dia,  yang telanjang jiwanya.
Adalah dia,  yang telanjang batinnya.
Adalah dia,  yang mungkin paling hina,  tetapi tidak mengenal kepalsuan.
Yang mau,  hanya yang mau mengerti tanpa alasan.

Agar aku tidak angkat kaki dari hadapannya, meninggalkan betapa seriusnya seluruh bagian hidup ini bersamanya.
Inilah saat yang tepat untuk menunjuk dan memilih,  bagiku.
Bagimu,  belajarlah apa itu memberi dan  menerima.
Aku si-keras-hati berada di sekitarmu setiap saat.

"Tuhanku,  setiap Engkau membangunkan aku si-kepala-batu dari tidurku,  sepanjang hari-hariku,  sampai aku tertidur kembali,  sekali ini saja,  tolong katakan kepada mereka dan dia."
"Bahwa semuanya akan baik-baik saja."

#citra_autisimo

Tuesday, February 21, 2017

21 Februari 2017

Hari raya perayaan salah paham sejagat.
Ada hal lucu di tiap detiknya.
Banyak hal baru yang bisa dijajaki dari kelucuan itu.
Salah satunya belajar bagaimana menyikapi kegelisahan.
Dinding-dinding ini tidak harus dilubangi jika hanya ingin melihat ada apa dibaliknya.

Harapanku,  kata-kata bijak ini semoga saja cukup luas untuk menampung kita semua.

Ketika aku berbicara siapakah jati diri ini,  kamu akan selalu lebih tahu tentang akhir ceritanya.
Namun ketika aku mengakhiri cerita ini,  selalu saja kamu ingin tahu siapa jati diri ini.

Aku telah selesai memilihkannya untukmu.

Dia sempat menerbangkan aku bertemu rembulan.

Ketika aku berayun-ayun di sana,  kenangan kemarin kembali hadir.

Sungguh dunia yang sangat luar biasa sempurna,  segalanya hanya tentang kamu.

Perhatianku hanya padamu,  terlebih saat kamu bersandar.

Kebersamaan kita kemarin adalah tanpa judul.

Memaksaku berpikir keras,  apakah dirimu tangkai bunga yang terakhir.

Malam ini,  aku resmi merayakan cintaku untukmu,  bagimu,  sang kecantikan malam.

Kini telah ku temukan arti kehidupan,  wahai kamu.

Jangan biarkan aku terjatuh sesaat setelah kamu hadir,  paling tidak bernyanyilah satu atau dua tembang dahulu.

Sambil kau bawa aku berkeliling,  karena aku sudah siap.

Aku suka cara-cara gila kita menghadirkan alunan-alunan dinamis ini.

Ketika aku merasa dihujam,  ketika itu pula aku tahu aku punya rindu.

Ketika aku merasa baik-baik saja,  ketika itu pula kamu nyata di dalam dada,  membuat aku bertanya segala sesuatunya tentangmu.

Apa mungkin ini cinta yang akan membawaku ke puncak hidup di dunia?

Bagaimana?
Masihkah kamu tahu akhir ceritanya?
Tahukah kamu siapa jati diri ini?
Haruskah aku tetap terus bercerita?
Adakah kamu akan selalu ingin tahu?

Sudah ku katakan berulang kali.
Kamu hanya perlu membuka jendela dunia.
Agar kamu tahu dan mengenal dunia.
Akan ku tunggu sampai kamu mengerti.

#citra_autisimo

Wednesday, February 15, 2017

14 Februari 2017

Intinya,  ini tentang bagaimana kata demi kata terkumpul membangun duniaku.

Silahkan bermain diam bersamaku.
Bebas saja,  dari dalam goamu sendiri atau dari mana pun.
Sesukamu saja,  aku serius.
Tiada akan pernah lebih banyak makna dari satu kata seriusku yang seperti emas ini dibanding seribu canda tiada arti yang pernah kau katakan.

Saat aku duduk di tengah,  telingaku tidak lagi mencari.
Aku tahu kalian mengerti,  karena ia datang sendiri.
Memberiku kemampuan berkeras hati.
Agar pantang bagiku mencabut kembali apa yang menjadi ketetapan.

Bukan persoalan lagi untuk ku mengenal kata siapa,  apa,  kenapa,  untuk apa,  di mana,  sesukamu sajalah.
Lakukan saja apa saja,  katakan saja apa saja,  dan menjauhlah dari khawatir.
Karena aku tidak akan sungkan dan ragu menginjak kepalaku sendiri demi ketetapan yang lebih baik.
Walau pun tidak pernah ada sesungguhnya namaku di sana.

Perlu kalian sadari.
Tangan kalian terlampau halus.
Kaki kalian terlalu jenjang.
Tubuh kalian sangatlah terberkati.
Sedangkan aku hidup sekedar dari hati saja.
Aku ini pecandu rasa sakit,  penghinaan dan kebencian.

Aku tidak diledakkan oleh ledakan-ledakan spektakuler.
Satu saja hal sepele menurutmu,  itu sudah cukup kuat bagiku menahan ledakan apa pun.
Tapi,  satu saja aku dapati ada kemurnian di dalam kamu,  silahkan ambil duniaku,  injak kepalaku sesuka hatimu.

#citra_autisimo

Sunday, February 12, 2017

11 Februari 2017

Pilihan yang hadir pada sebuah hidup pastinya berlimpah,  dan berkelimpahan.
Akan menjadi benar,  bermanfaat,  kaya faedah dan ilmu bila menyenangkan hati.
Mengapa kamu menaruh curiga atas kesenanganku?

Seseorang berkata betapa aku ini psikopat.
Jiwaku terganggu dan tertekan.
Walau demikian,  kamu tetap mendapat tempat yang indah di salah satu ruang batinku.
Kasihku tidak menaruh balas dendam kepadamu.
Justru aku dikuatkan menjadi pelayan kesabaran untukmu,  pribadiku untuk pribadimu.

Kamu bilang aku idealis,  skeptis,  antipati,  buntu.
Pernahkah aku bilang itu salahmu?
Atau salahku?
Benci aku semampu kamu,  agar aku tahu sedalam apa cintamu padaku.

Semua peristiwa belakangan ini mendadak menggemaskan.
Membuat hati berdebar.
Membuat pegal pipiku karena tersenyum.
Membuat kakiku terus berayun-ayun.
Seolah selalu ada iringan musik di kepalaku.
Menggodaku setiap saat,  agar aku dan kesadaranku terbang menari-nari.
Aku telah lupa diri.
Kamu dan semua yang ada padamu adalah candu khusus yang diciptakan untuk aku.

Seorang pria miskin tidak memandang Ratu Athena.
Dia hanya Pegasus.

Semua manusia merindukan puncak kehidupan.
Dan segera enyahlah dari hadapanku bila kamu tidak.
Dan segera enyahlah kamu jika sebagai manusia tidak melihat keinginan itu juga ada bersamaku.
Ini tentang rasa rindu.

Iya,  bahwa ini sulit untuk kamu mengerti.
Tetapi ingat,  kamu tidak mengabaikannya.
Iya,  bahwa kamu takut.
Tetapi sadarlah,  ketakutanmu dan ketakutanku serta ketakutan kita adalah misteri kenikmatan.
Iya,  bahwa diantara hidupmu dan hidupku ada punya keramaiannya masing-masing.
Tetapi akuilah,  kamu tidak menginginkan diriku jatuh dalam kesendirian.

Demi hal ini aku katakan pada dirimu satu lagi sebuah rahasia.
"Kapan pun kamu ingat tentang seorang pria miskin,  itulah saat dimana kamu hadir menemaniku dan mengobati rindu dan kesendirianku."

#citra_autisimo

Tuesday, February 7, 2017

Rahasia Pencipta Tafsir

Apa yang kamu butuhkan?
Apa yang kamu lakukan?
Apakah itu hidup dan segala tentangnya?
Apakah dirimu siap melompat ke dalam sana?
Apakah tidak satu pun yang kamu ketahui?
Apakah kamu memilikinya?
Siapkah juga kamu di saat itu semua akan dirampas?
Jujurkah pendapatmu akan itu?
Adilkah ukuran yang kamu ukurkan kepadanya?
Sungguhkah semua kamu perbuat demi sebuah keyakinan dan kepastian?
Adakah andilmu menuliskan sesuatu di sana?
Apakah kamu sudah tenggelam di sana?

Tafsir senantiasa beranak tafsir.
Di dalamnya ada siklus,  seperti putaran air yang menghisap apa pun yang hanyut di atasnya.
Tafsir selalu berakhir pada sebuah pertanyaan.
Dan sebuah jawaban sejatinya adalah sebuah tafsir yang sempurna.
Pertanyaan dasar yang selalu sediakala mengambang di awang-awang.

Kalimat indah bukan jati diri hal puitis.
Kalimat pedas bukanlah gambaran sesuatu yang selalu suram di garis akhir.
Kalimat bercabang bukanlah kesuburan atas jawaban pemeliharaan.

Saat kesadaran memuncak,  ada rumpun-rumpun yang bisa diguncang.
Apakah langkah kita hanya berhenti di sana untuk sekedar guncang-mengguncang?

Nurani nantinya akan menjawab dengan lugas.
Bahwa tidak ada satu pun kesia-siaan yang mampu kita cipta.
Kualitas sejati hanyalah dalam karya.

Jika kamu adalah guru,  maka kamu sejatinya adalah murid.
Jika kamu seorang murid,  maka kamu sejatinya adalah ilmu.
Jika kamu adalah ilmu,  maka kamu sejatinya adalah seorang batara guru.

Ini bukan hal bijak,  ini sesuatu tentang hal yang sangat mudah diyakini dan dipercaya.

#citra_autisimo

Wednesday, February 1, 2017

31 Januari 2017

Sekali lagi pelajaran hidup.
Mengikhlaskan sesuatu adalah sulit.
Saat membiarkannya untuk terjadi,  peristiwa,  terkadang serasa sedang dibuai-buai.
Terkadang juga angin di tepi laut adalah sekedar angin lalu saja.
Kenyataannya bukan angin untuk berlayar.
Kendati sauh telah naik.
Paling tidak ada upayaku menggerakkan bahtera ini.
Tidak,  seharusnya sampan ini.
Harusnya aku tahu diri,  ini hanya sampan.
Selayaknya tidak naik sauh,  tidak layak untuk  menerjang pusaran badai.
Niscaya sampan ini bertemu samudera.
Dengan layar yang layak bagi tiangnya.
Dengan banyak tetapi.

Samudera terlalu mahal dan istimewa.
Nelayan kecil hanya pantas melihat dari kejauhan,  sekedar melihat,  dan bermimpi.
Tentang tenggelam di tengah-tengah sana.

Kepada Tuan Kapal,  Tuanku...
Jadikanlah aku budak setiamu,  bawalah aku membelah samudera dan ribuan pusaran badai.
Supaya aku nanti Kau tenggelamkan dimana pun Kau mau.
Teriknya tepi pantai hanya mengeringkan air di tubuhku.
Sekiranya lebih baik aku menangis dan tenggelam di tengah badai.
Aku memohon hal ini sebagai caraku berteguh hati sebagai budak setiaMu.

#citra_autisimo

Thursday, January 26, 2017

Bahasa Dalam Bahasa

They've told me,  the vast once about twirling the phrase. 
Clearly bounded by their own words.
Why?  is it just about me only?
Did you ever say it by proper?

My odds is you. Might you see it?
Making quotes are not playing tricks on words about.
It is glowing the heart all about.

#citra_autisimo
NB: butuh kajian bahasa 😁

Sunday, January 15, 2017

15 Januari 2017

Situasi yang tidak terbayangkan.
Aku menatap matahari dari sudut-sudut gelap.
Hitam,  tertunduk,  kelelahan,  membutuhkan jiwaku.
Sedih sekali rasanya.
Aku melirik takut ke arah dia,  dengan sangat ketakutan,  takut akan penyesalan.
Terasa sekali pancaran sinar jiwanya sedang meredup.
Gerak-geriknya mengatakan padaku untuk tegak menyongsong apa yang jauh di sana.
Yang aku yakini,  dia pun tidak memikirkan bahwa dia harus mengerti,  tetapi dia memikirkan untuk apa yang seharusnya aku mengerti.
Sungguh sebuah kemuliaan,  bahwa sampai detik ini dia tetap menemaniku.
Dan aku terlalu sombong,  sehingga amat sangat terlambat untuk mengerti.

Dia meletakkan aku menjadi tumpuan harapannya.
Dia meletakkan aku sebagai harta dan keutamaan.
Dia menjaga tuturnya dan membuang pikiran tentang beban yang menderanya.
Dia penyokong jembatan yang tanpa lelah,  demi menyeberangkan aku menuju sebuah kursi yang nyaman untuk aku duduki.
Dia menjadi air kehidupan yang senantiasa mengalir,  bahkan bila perlu merayap dari celah-celah tempat yang menghina kehidupannya.
Dia memperlihatkan kejujuran sebagai tempayan.
Dia memperlihatkan memaafkan sebagai sendok.
Dia memperlihatkan diam sebagai lantunan doa.
Dia adalah gelas yang paling sering dilempar kesana kemari demi aku yang kehausan.
Dalam kesusahannya pun dia tetap setia menempa pedang-pedang yang diwariskannya padaku.
Dia melakukan itu semua.
Demi mengalahkan satu hal,  muara kemuramam.
Hidup dalam hinaan,  hidup di tengah sorotan remeh dan tudingan menyakitkan atas apa yang tidak pernah dia lakukan dan miliki.
Semua yang dia tahu dialaminya sebagai hidup.
Dijalaninya ikhlas,  penuh kesabaran,  selalu dalam pengharapan dan penuh ketulusan.
Dengan amat jernih mengatakan kepadaku.
Menyiratkan sekaligus menguatkan aku,  pribadiku,  dan jati diriku ini bahwa aku dan kamu telah melihat Tuhan.

Sesungguhnya ku beri tahu kepada kalian,  inilah hal yang menista dirinya,  yang menista sang kemuliaan yang hidup, ... yaitu aku, pribadiku.
Tetapi demi aku dan memuliakan diriku,  mereka senantiasa menanggalkan hidupnya.

#citra_autisimo

Laras Galuh Sukma

Merindu keluguanmu dalam makna.
Pikiran ini terikat canda-canda yang menjerumuskanku.
Betapa polosnya jati dirimu yang mampu ku ingat.
Betapa sayang indahmu untuk ku belai.
Aku tak sanggup.
Waktunya bagiku untuk merelakan segala suka.
Aku berlutut untuk semua yang terlewatkan.
Kecemburuan.
Amarah.
Cengkrama mesra yang penuh teka-teki.
Sebelum kepastian datang,  aku hanya ingin melihat jauh ke dalam matamu,  ya ratu..
Adakah diriku disana.
Apakah aku pantas.
Sesungguhnya,  lebih baik melihatmu bahagia dari pada kau menderita bersamaku.
Jika saja hatimu mengerti kebenaran tentang ini,  aku menunggu dekap genitmu sekali lagi.
Sampai aku kau lupakan.
Ingatlah ucapan hamba,  "Pesona puteri telah memerintah di dalam seonggok jasad,  jasadku ini.
Dan kini ia mengalir seperti air.".

#citra_autisimo

Sunday, January 1, 2017

Let I Let You Let It Away

Words unspoken.

Staring into expectations just made me become a man full of ego.

I'm sick of thinking about the purpose of happiness.

Wasted my time,  mystery that is not useful.

But then I know you.

This voice inside becomes so honor,  and honest.

Your current and past,  every case is a puzzle for me.

Your soul may be a reason for me to realize that happiness is clearly spotted clear.

Kata-kata yang tak terucapkan.
Menatap ke harapan hanya membuat aku menjadi seorang yang penuh ego.
Aku muak memikirkan tujuan kebahagiaan. Membuang-buang waktu untuk berpikir tentang misteri yang tidak berguna.

Tapi kemudian aku mengenalmu.
Suara hati ini menjadi terhormat, dan jujur.
Kamu sekarang dan masa lalu kamu, setiap halnya adalah teka-teki bagi diriku.
Jiwa kamu mungkin menjadi alasan bagi aku untuk menyadari bahwa kebahagiaan jelas terlihat jelas.

#citra_autisimo

Sunday, December 25, 2016

"DIA, KEKASIH UNTUK SEGALANYA"

Bila keikhlsan manusia diuji melalui kehilangan.
Apakah tawamu sekarang akan tetap sama setelah ada kehilangan?.
Aku merasakannya, engkau menjauhiku.
Aku merasakannya, engkau menghindar daripadaku.

Sedalam apa lagi engkau menuntut keikhlasan dari diri ini.
Entah sedalam apa lagi.
Kalau saja dalam bersikap aku dapat lebih baik.
Mungkin saja aku melangkah dalam kebijaksanaan.

Yang ku inginkan adalah kesadaran jiwamu untuk menerima damai macam seperti ini.
Paling tidak terimalah.
Agar aku terpandu untuk melangkah.
Karena hubunganku dengan Pencipta segala ini tidaklah baik, tidak sebaik saat aku menemukanmu.

Setidaknya nanti saat aku benar-benar hilang, ada sedikit memori sentuhanmu dan kata-katamu yang tetap akrab mengiringiku.
Setidaknya saat aku harus berakhir dalam takdir yang seperti saat ini aku alami.

Mengungkap kejujuran hidup ini amatlah sulit.
Dan ternyata untuk mencintai adalah jauh lebih dari sulit.
Jika merampas perhatianmu adalah mewujudkan cinta, maka aku lebih memilih untuk mencintaimu.
Akan ku rampas hatiMu.

Dan semoga tidak lagi ku hadirkan kekecewaan baru.
Karena aku mencintai dirimu.
Aku mempercayaimu, dan tak berubah di dalam kalian.

Semoga besok, besok, dan besok, dan besok ada sesuatu dalam hati kecilmu yang kau temui yang kamu ambil dari hati kecilku.

#citra_autisimo

Saturday, December 24, 2016

"DIBALIK TANGGUHNYA SEORANG ARJUNA" - Di Antara Persemayaman Perasaan

Kadang,  terpikir janji yang dulu memang yang dahulu mempertanyakan kesanggupan diri.
Ada hal-hal lain yang membuat harapan bisa berhenti seketika.
Benar terjadi,  tanpa suara,  tanpa kata-kata,  tanpa sesosok yang hadir.
Tanpa diri seseorang.

Mereka tidak mengatakan bahwa hal-hal lain itu ada,  seandainya dari awal dikatakan.
Sekarang,  kesanggupan dipertanyakan.
Karena ada kecintaan terhadap yang lain.
Yang menghilangkan pengharapan.

Kamu sangat membuat penasaran,  dan kamu pun menjadi bertanya dalam kerinduan.
Karena memang tidak sejelas di saat kedua bola mata bertemu pandang.
Aku tahu engkau mengeluh,  ada pertanyaan disana.
Kapan?

Kamu yang merona karena nafsu yang kecoklatan, wahai kamu.
Di sini selalu ada kebaikan yang tampak di mata setiap kali menatap insan.
Kemana pun ada perjumpaan yang membuat kita selamat dan hidup dalam kebersamaan.
Masa depan.
Harmoni sempurna,  tidakkah kita seperti itu?

#citra_autisimo

Arsip

addThis

addThis