Sekali lagi pelajaran hidup.
Mengikhlaskan sesuatu adalah sulit.
Saat membiarkannya untuk terjadi, peristiwa, terkadang serasa sedang dibuai-buai.
Terkadang juga angin di tepi laut adalah sekedar angin lalu saja.
Kenyataannya bukan angin untuk berlayar.
Kendati sauh telah naik.
Paling tidak ada upayaku menggerakkan bahtera ini.
Tidak, seharusnya sampan ini.
Harusnya aku tahu diri, ini hanya sampan.
Selayaknya tidak naik sauh, tidak layak untuk menerjang pusaran badai.
Niscaya sampan ini bertemu samudera.
Dengan layar yang layak bagi tiangnya.
Dengan banyak tetapi.
Samudera terlalu mahal dan istimewa.
Nelayan kecil hanya pantas melihat dari kejauhan, sekedar melihat, dan bermimpi.
Tentang tenggelam di tengah-tengah sana.
Kepada Tuan Kapal, Tuanku...
Jadikanlah aku budak setiamu, bawalah aku membelah samudera dan ribuan pusaran badai.
Supaya aku nanti Kau tenggelamkan dimana pun Kau mau.
Teriknya tepi pantai hanya mengeringkan air di tubuhku.
Sekiranya lebih baik aku menangis dan tenggelam di tengah badai.
Aku memohon hal ini sebagai caraku berteguh hati sebagai budak setiaMu.
#citra_autisimo