-->
Anomali (56) Januari 2017 (31) Februari 2017 (25) Spesial (22) Humor (12) Liefde (12) Love Takes and Love Gives (11) Serba Serbi (7) Untitled (7) Pin-Pin-Bo (5) Opini (2) Kotak Sampah (1) Maret 2017 (1) Music (1) Penting! (1)
Showing posts with label Januari 2017. Show all posts
Showing posts with label Januari 2017. Show all posts

Wednesday, February 1, 2017

31 Januari 2017

Sekali lagi pelajaran hidup.
Mengikhlaskan sesuatu adalah sulit.
Saat membiarkannya untuk terjadi,  peristiwa,  terkadang serasa sedang dibuai-buai.
Terkadang juga angin di tepi laut adalah sekedar angin lalu saja.
Kenyataannya bukan angin untuk berlayar.
Kendati sauh telah naik.
Paling tidak ada upayaku menggerakkan bahtera ini.
Tidak,  seharusnya sampan ini.
Harusnya aku tahu diri,  ini hanya sampan.
Selayaknya tidak naik sauh,  tidak layak untuk  menerjang pusaran badai.
Niscaya sampan ini bertemu samudera.
Dengan layar yang layak bagi tiangnya.
Dengan banyak tetapi.

Samudera terlalu mahal dan istimewa.
Nelayan kecil hanya pantas melihat dari kejauhan,  sekedar melihat,  dan bermimpi.
Tentang tenggelam di tengah-tengah sana.

Kepada Tuan Kapal,  Tuanku...
Jadikanlah aku budak setiamu,  bawalah aku membelah samudera dan ribuan pusaran badai.
Supaya aku nanti Kau tenggelamkan dimana pun Kau mau.
Teriknya tepi pantai hanya mengeringkan air di tubuhku.
Sekiranya lebih baik aku menangis dan tenggelam di tengah badai.
Aku memohon hal ini sebagai caraku berteguh hati sebagai budak setiaMu.

#citra_autisimo

Tuesday, January 31, 2017

30 Januari 2017

Aku tidak melihat.
Aku tidak mendengar.
Aku tidak mencium sesuatu.
Aku tidak mengecap.
Aku tidak menyentuh dan meraba.
Tetapi,  aku meyakini.
Aku mengimani.
Aku merasakan.
Aku menikmati.
Aku percaya.
Akan segala kepositifan perbuatan baik yang murni.
Tanpa syarat.
Tanpa interval.
Tanpa jenjang.
Tanpa pilihan.
Tanpa sekutu.
Tanpa alasan.
Tanpa ujuk terselubung.
Hanya melakukan dan berusaha menyelesaikan.

Demi kedamaian hatiku.
Demi ketulusan.
Demi belajar mengikhlaskan.
Demi meresapi kehilangan.
Demi kesembuhan.
Demi pengharapan.
Demi sesuatu yang jernih.
Demi cinta kasih.

Cinta, cinta dan cinta.  💝
Menghadiahkan hatiku cinta.

#citra_autisimo

Saturday, January 28, 2017

28 Januari 2017

Lebih berharga sebuah batu dari pada sebuah palu.
Palu yang baik tidak diberi penilaian dari kesanggupannya memecah batu.
Palu yang baik adalah yang telah teruji oleh batu.
Kekekalan kebenaran ada di sana.

Berulang kali hal ini harus disampaikan.
Kebenaran adalah yang memilih dimana ia akan menetap.
Bahkan di liang kotoran sekalipun.
Kebenaran selalu akan bersebrangan dengan stigma dan ia sendirian.
Selalu ia akan menempati karung-karung pembawa kebaikan.

Bagi pengguna topeng-topeng keindahan,  hal ini akan menjadi hal yang luar biasa.
Sebagai alasan untuk kekaguman dan luar biasa sekali.
Tidak bagi saya, tidak demikian bagi mahluk seperti saya.
Harusnya kamu mendebat,  menyangkal,  menantang,  melawan apa jati dirimu.
Tapi kamu tidak berbuat demikian.
Topengmu kian menjadi segalanya.

Mahluk seperti kamu tidak akan mengerti kenapa saya adalah mahluk yang mudah menangis.
Kenapa saya mudah menunduk.
Kenapa saya mudah menjerit.
Kenapa saya mudah pergi,  menghilang,  dan mati.

Untuk kamu,  seseorang,  mahluk yang menjadi pertanyaan dan perhatianku.
Aku menerawang satu ketika aku akan benar-benar mabuk akan kehadiran dirimu.
Apa yang bisa kau terima melalui matamu,  aku menunggu apa yang hendak kau ungkapkan.
Untuk sebuah kejujuran. 
Semoga apa yang menjadi jati diriku adalah yang hal benar yang kau cari dan idamkan.
Terlebih lagi setelah kamu melihat segala pengetahuan tentang diriku.

#citra_autisimo

Friday, January 27, 2017

27 Januari 2017

Khusus kepada kalian individu tertentu,  lengkap dengan entitas dan atribut kalian.

Ekspektasi kalian terlalu tinggi,  sampai harus merendah-diri-kan diri sendiri.
Jadinya menemukan alasan,  sekaligus menjelaskan bahwa meninggalkan atau ditinggalkan kalian bukanlah sebuah kehilangan.
Secara sederhana,  inilah rasa kasihan.

Tidak ada kemarahan untuk kamu,  percuma.
Tidak perlu terucap lagi seberapa bencinya kepada kamu,  sia-sia.
Tiada kepuasan yang mampu memuaskan kamu.
Tiada kekaguman yang mampu membuatmu terharu.
Tiada senyuman yang kamu buat tanpa berucap yang terbalik di dalam hati.
Tiada keluguan yang kamu pancarkan tanpa pura-pura.
Kamu,  kalian,  berikut entitas dan atributnya,   semuanya adalah hal yang memuakkan.

Menggunakan telinga untuk menjawab.
Menggunakan mulut untuk mendengar.
Dan tanpa bosan kalian terus berusaha memanah keberadaanku dengan anak panah integritas.
Kamu,  kalian,  beriku entitas dan atributnya,  semuanya adalah omong kosong.

Aku mengembalikan rasa sayang kalian dengan cara ini.
Cara yang sama yang kalian ukurkan padaku.
Ini bukanlah kemarahan atau benci.
Inilah yang pernah kalian berikan padaku,  kalian ajarkan padaku,  bukankah kalian juga memanahku dengan anak panah keadilan?
Dan tolong jangan katakan bahwa aku tidak dan tidak pernah mencintai kalian.

#citra_autisimo

Thursday, January 26, 2017

26 Januari 2017

Matahari dari barat.
Sudut yang melahirkan senja baru dan gelap menampakkan sinarnya.
Dia terbit untuk membendung semua paham.
Melawan takdir,  mengangkat kodrat yang baru.
Kecuali waktu.

The sun is rising from the west.
The angle which presenting the new sunset and darkness also glowing at the same time.
The way he born handle every meaning.
Fight the destiny,  lifting the new one.
Except the time.

Sosok yang rusak maksimal.
Itulah nama yang diberikan.
Sosok yang bebal stadium akhir.
Itulah gelar yang disematkan.
Dan mereka harus menerima itu sebagai perjalanan hidup.
Apa saja yang terjadi dalam hidup sebagai nasib.
Berikut pasang surut kehidupan sebagai takdir.
Berulang di setiap waktu dan zaman.

I don't trying to told you that "these live" myself are the quality of live.
Look at me,  as this is the life story of mine.

#citra_autisimo

Wednesday, January 25, 2017

25 Januari 2017

Menjadi bintang bukan sekedar menggelar pertunjukan di hadapan ribuan pasang mata.
Mata adalah jendela hati dan kejujuran.
Bukan sekedar menampakkan sejumlah warna.
Seperti kelinci yang melompat-lompat di atas panggung.
Yang bisa dinikmati selamanya.

Di kala ia terdiam,  apa yang ditatapnya akan bergetar,  terguncang-guncang sangat hebat.
Serasa sekujur tubuh akan dingin dan kaku,  namun berkeringat.
Setiap detiknya akan berlangsung berkali lipat lebih lama.
Seperti sedang ditelanjangi.
Begitulah dia,  selalu begitu.
Namun sayang,  ia jarang diberi kesempatan untuk terjadi.
Antara ketakutan dan acuh.

Sesuatu diantara sang jiwa dan sang impian.
Ada keheningan di sana.
Aku sebut dia sebagai diam.
Menjadi satu-satunya cara untuk dapat berlama-lama saling mendengarkan,  saling berbicara,  saling menjelaskan,  saling mengakui,  saling menerima,  saling menyentuh dunia yang satu pada yang satu.
Saling mengintip dan merindukan,  misalnya.
Intim,  dan menghentikan dominasi ke-aku-an.

#citra_autisimo

Tuesday, January 24, 2017

24 Januari 2017

Adil ka' Talino,  Bacuramin ka' saruga,  Basengat ka' Jubata.
Ditulis dalam bahasa Kanayatn.
Asupan yang mungkin asing bagi spiritual.
Untuk ku demikian adanya.
Dan apa yang aku maknai dari itu kuyakini sebagai kebenaran.

Roh senantiasa berkelana di bumi,  raga sebagai inangnya,  jiwa sebagai kemudinya.
Bagiku itulah yang sedang terjadi.
Dalam setiap kesempatan,  bahkan kali ini.
Perasaan yang seperti ini acap kali terpendam.

Aku mengengenali siapa diriku melalui diriku yang lain.
Kamu?
Jawabannya adalah kamu.
Iya,  kamu.
Di saat itulah kamu harus memiliki keadilan.
Kamu harus memiliki waktu untuk mempersilahkan kebaikan dan kebenaran yang ada di dalam dirimu diadili oleh dirimu yang lain.

Aku tidak sedang menunggu untuk sekedar dirombak,  juga untuk diperbaiki.
Semangat tidak berdiri sendiri,  ia harus bersanding dengan kemantaban jiwa.
Bagiku,  kamulah dia.

Jubata,  Jubata,  Oh Jubata...
Aku sedang berusaha,  agar aku berbahagia.

#citra_autisimo

Monday, January 23, 2017

23 Januari 2017

Saat menjelajah pikiran,  adakah yang menemukan hal ini?
Jejakmu sendiri di kala tersesat.

Tiada hal yang membuat kekeliruan selain diri sendiri.
Menggemaskan...

Seperti sedang diingatkan kembali, disentuh dan ditatar.
Menemukan cara menantang ujian kali ini untuk dimenangkan.
Berbagai hal yang belum pernah aku lalui.

Aku banyak mendengar,  aku banyak menelusuri.
Dan,  dari perjalanan itu aku banyak menelaah kelalaian.
Saksi-saksi hidupku,  sudah waktunya kalian berbicara.
Ada yang perlu kita bicarakan bersama.

Aku tidak pernah mengizinkan diriku dinyatakan dan menyatakan sebagai yang benar.
Aku belajar dari tempat yang salah.
Berusaha mengungkap kebaikan dibalik hal-hal yang salah.
Sesederhana itu.
Tidak terbesit untuk mendulang prestasi dan pujian dari itu.
Bahkan sedikit pun tidak untuk pengakuan bahwa aku bagian dari itu.

Aku meyakini yang telah ku perbuat,  dalam cara.
Bukan di dalam opini emas manusia manapun.

Inilah aku,  Keras dan tersesat.

#citra_autisimo

22 Januari 2017

Tidak ada yang benar-benar membahagiakan seperti ini.
Yaitu menyaksikan kebahagian.
Sederhana saja,  cukup dengan menyaksikan.
Sembari berbagi cerita.

Ada kalanya membuang prasangka buruk adalah jalan paling baik untuk menerima keadaan.
Tak peduli diiringi apa pun.
Tetap saja jumawa.
Rohku seakan merasakan dan menerima jiwa-jiwa mereka yang penuh akan penghargaan.
Pembawa harapan dan doa,  itulah mereka yang ku namai sebagai masa depan.

Sudah cukup baik penggalan-penggalan teka-teki ini kumainkan.
Iramanya bersahutan seperti ombak.
Meskipun telingaku ini hanyalah telinga tuli.
Mataku terhalang dinding setinggi gunung.
Beratapkan gelap,  dengan alas yang sangat dingin.
Tak ku kira di tempat seperti ini pun kebahagian tetap lewat.
Tanpa ada keragu-raguan.

Sepertinya akan turun gerimis.
Awan yang jauh di sana mulai meleleh,  hendak bersatu dengan tanah,  rumput,  dan gemuruh hentakan kaki.
Semua sudah menjadi pilihan,  maka harus terjadi demikian.

Aku memilih buta,  bila itu kilauan emas atau pun  intan hitam sebesar kelapa.
Aku hanya akan sekedar mengintip.
Aku memilih bisu,  bila itu adalah sapaan-sapaan buaian.
Aku hanya akan mengulumkan senyuman setulus yang aku mampu.
Aku memilih tuli,  bila terucap jeritan dari jauh.
Tapi aku akan mendekatinya dan mendekap sambil berbisik, "jangan khawatir".

Bukan aku,  bukan aku.
Suatu saat kalian pasti memahami.
Aku hanyalah penyeimbang.
Tugasku hanya mendampingi.
Menjadi jahat di saat undi berbaik hasil.
Dan,  menjadi baik saat undi berburuk hasil.
Aku adalah undi yang tidak tertebak.
Kata "kita" bukan bagianku.
Setiap undi baik hanya untuk kalian.
Sisanya bagianku.

Jangan lagi pertanyakan bagaimana aku mencintai.
Karena aku gemar menuntut balas.

#citra_autisimo

Sunday, January 22, 2017

21 Januari 2017

Menanam karma tanpa memandang ladangnya.
Butuh kesetiaan.

Apa yang menjadi tujuan kebaikan niscaya menjadikan bibit-bibit kebaikan mampu bertahan di segala musim.

Tidak akan ada hasil panen yang gagal.
Paling tidak itu tidak akan busuk.

Petani desa yang gila tidaklah menyembah padi.
Dia menyembah tanah,  air,  dan matahari.
Di setiap ladang garapannya.
Sampai padi-padinya mengangguk dan siap dibawa para burung.
Menjelajah langit.

#citra_autisimo

Friday, January 20, 2017

20 Januari 2017

Suatu saat...
Semoga pengharapanku dan kecintaanku kepada mereka,  masa depan,  suatu saat menunjukkan keindahannya.
Dan menyaksikannya dengan mata kepalaku sendiri.

Sekarang adalah giliranku.
Dengan segenap pikiranku.
Dengan segenap hatiku.
Dengan seluruh daya upayaku.
Memang tidak pernah ada janji.
Dan tidak terpikir ada sesuatu di atas karma.
Sudah hampir selesai apa yang ku perbuat.
Mereka kupersilahkan sebagai yang utama.
Agar aku terbebas dari kekhawatiran.

Paling tidak mereka merasakan,  walau tidak pernah mengerti.
Tohh aku pun telah membebaskan diriku,  akhirnya...

Siapa pun kamu,...
Ini bukan tentang kematian,  ini tentang kehidupan.
Dimana masih ada kebebasan,  kemerdekaan,  untuk memilih dan menentukan bagaimana cara kita untuk mati.

#citra_autisimo

Thursday, January 19, 2017

19 Januari 2017

Jantung ku dan simpangnya mulai sakit.
Dia turun dari liang kiri gas kehidupan.
Telinga ku sebelah kanan digigit tazmania.
Aku menyadarinya disaat senja menukar siang kepada malam.

Beberapa hal yang harus aku ingat.
Bunuh tikusnya di lantai 2 yang bermata putih.
Kejar ke lantai 5,  saat turun dari tangga 5 ke 3 menuju 3 ke 2,  tebas benang-benangnya.
Punggung bersih setelah pembasuhan.
Susul kembali,  lantai 1.
Selamatkan semuanya termasuk mereka yang tadi hanya punya sekedar niat membantumu.

Di perjalanan akan kamu dengar pengakuan yang telah melihat cara kamu mengadili.

Setelah mengetahuinya,  itulah saat dimana kau harus marah besar,  sedih terdalam melanda,  kosong yang paling kosong,  karena semua menutup mata dan telinganya terhadap kamu.

Dan,  jamu mereka dengan hal termurni yang kamu dapat dari sang bahtera penyelamat.

Segeralah perbaiki apa pun dalam tawa.
Ingat,  jangan lagi sanjungan manis membuka dirimu untuk menerima hadiah tidak seberapa namun berulang kali menggigit telingamu.

Wahyu untuk kehinaan seperti yang tidak berbasuh ini.
Apalah saya ini.

#citra_autisimo

Wednesday, January 18, 2017

18 Januari 2017

Sejatinya menjadi raja adalah siap mati sebagai pelayan.
God must be insane, and I must be idiot for doing this.
Sosok mana yang mampu berjudi dengan nasib?
Takdir mana yang mereka pertaruhkan?
Terlalu berambisi, namun ini menjadi pilihanku.

Otak ditambah hati adalah damai, kedamaian.
Inilah sejatinya religi.
Kedamaian adalah sejatinya agama batin.
Dalam kalimat yang lain,  inilah sejatinya cinta.

💙

#citra_autisimo

17 Januari 2017

Dalamnya keputusan yang ku pertahankan.
Itu saja mampu terlupa seketika.
Bahkan dari atas langit dalamnya laut mampu ku ukur. 
Tapi tidak atas tatapanmu.
Pijakan kaki ini menjadi goyah.
Aku bergetar. Ini janji.

Sesuka hatimu sajalah.
Ini kemerdekaan,  masa dimana kebebasan berbicara lantang.
Yang pasti,  berusahalah paling tidak untuk dirimu sendiri.
Sayangku padamu,  melebihi sayangku pada hari-hari bahagiamu nanti.
Iya, ini semacam restu.

Besok,  semoga saja menjadi lebih berbunga-bunga.
Baik untuk dirimu,  untukku semoga saja.
Tidak mungkin rasanya lebih nakal lagi dari ini.
Kecuali kamu menginginkan aku tepat seperti apa yang kamu cari dan butuhkan selama ini.
Tanpa ada berpura-pura.
Lekas katakan.
Beri aku tanda,  sebelum ada hati yang rawan terluka dengan tega.
Melainkan dengan bara manis gairahmu seperti sebelumnya.
Sepertinya benih kerinduan mulai bersemi.

Ya Rajaku,  hamba hanya bisa memohon agar lekas-lekas kepastian datang.
Seperti apa langit yang Kau tentukan untuk aku kitari.
Seperti apa nyanyian yang pantas aku dengar.
Dan,  seperti apa pelabuhan yang Kau pilihkan untuk aku menyandarkan bahtera.
Sebab,  rasanya pusing dan lelah terus diputar-putar oleh badai ini. Ini doa.

#citra_autisimo

Monday, January 16, 2017

16 Januari 2017 (bagian 2)

Dan ia terlelap tanpa sadar.
Tak ada yang bisa ku lakukan lagi.
Terlalu lelah tertekan kebahagian,  biar saja.
Sembari membiarkan ia bermimpi,  aku akan menunggu dan menjaganya.
Ada waktu untuk ku berfikir dan merenung.

Pertanyaan-pertanyaan ini mengganggu lagi.
Tanggung jawabku akan kelangsungan tempat ini besar.
Tata kelolanya terkadang membebani dan menyita waktuku,  perhatianku.
Pepohonan mulia ini yang memberiku hidup.
Sinar terang itu yang memanduku melangkah.
Rerumputan ini yang memikulku kala terlelap.
Dan aku harus menemukan cara agar semua ini terus berlangsung.
Demi bumi yang ku pijak.
Demi langit yang ku junjung.
Demi sesuatu di antaranya yang menggerakkan tubuh ini.
Demi Dia yang memberikan segalanya bagiku.

Kepalanya yang menyandar di dadaku tidak seberat kewajibanku nanti saat membangunkannya.
Aku harus menceritakan kenyataan yang terjadi kala dia dan aku hanyut dalam cengkrama kami berdua.

Aku menduga dia akan pergi.
Bisik-bisik seperti ini hinggap teratur belakangan ini.
Semakin menghantui,  terlebih lagi saat mendekati waktunya untuk berbicara.
Mengatakan semua kesungguhan dan kebenaran yang pernah terjadi.

Hanya ini yang ku miliki.
Aku hanya mampu memberikan apa adanya.
Seperti halnya kamu lelap menyandarkan kepalamu tadi.
Hanya dadaku.
Aku hanya punya cara,  seperti saat menghantarmu lelap dan menjagamu.
Hanya kesungguhan.
Tidakkah kamu percaya padaku sedikitpun?

Satu lagi kenyataan yang ku siapkan untuk dia terkasih saat ia sadar nanti.
Aku selalu berusaha mengikhlaskannya,  dia,  setiap saat,   tulus demi kebaikan hidupnya.
Supaya jantungku terus berdenyut.

#citra_autisimo
(selesai)

16 Januari 2017 (bagian 1)

Menyingkap beberapa duri.
Tidaklah semua yang berduri ku panggil mawar.
Walau ia putih, walau ia tampak segar.
Hujan bisa menciptakan fatamorgana demikian ini.

Ambisiku naik turun tidak seirama dengan laju pacu jantungku.
Ada kalanya di dunia ini semua hal berfatamorgana bersamaan.

Di tengah padang hijau yang cerah dan langitnya biru lembut.
Awan di langit bergumul padat dan ceria.
Sinar-sinar dari langit saling berlomba menuju ke banyak di antara kami.
Ada juga di sana aku, dan tentunya dia.
Angin pun seperti tak ingin tertinggal suasana.
Restu alam yang ku idam-idamkan.
Sangat damai, sangat sejuk, banyak sekali keriangan.

Lalu bernyanyilah kumbang.
Lalu datang lagi kupu-kupu.
Dedaunan ranggas dan saling bergesek.
Perasaan khawatir akan musuh-musuhku menghilang.
Tempat ini menjadi hening,  tetapi menyimpan gemuruh cemburu yang sangat spesial.

Aku tahu beberapa di antara mereka palsu,  walau demikian tak satu pun yang ku yakini mampu memalsukan diriku.

Dia,  yang di sini bersamaku,  tinggal di sini demi menikmati diriku.
Hanya ingin agar kamu tahu,  di sini malam terasa panjang.
Kamu dan apa pun yang hendak kamu lakukan.
Atau bila kamu hanya ingin bertukar tatap bersamaku,  silahkan.

Aku ingin bermalam di sini malam ini.
Akankah kamu berhasrat tetap tinggal bermalam di sini malam ini?.
Senja seperti ini tidak terasa.
Jika sandaran kepalamu terasa kurang nyaman,  ku beri tahu sebuah rahasia.
Ruang di dadaku sanggup menampung banyak hal,  tanpa terkecuali,  demi membuatmu nyaman.
Agar kamu merasa beruntung,  dan merasa semua ini memang dipersiapkan,  dan diadakan demi saat-saat semacam ini.

Tenanglah,  bernafaslah bahagia dan teratur,  jangan pikirkan apa pun.
Dan tetap manis bersandar.
Jangan dulu bergerak genit.
Aku hendak mencuri beberapa senyum dari bibirmu.
Satu atau dua.

(bagian 1)
#citra_autisimo

Sunday, January 15, 2017

15 Januari 2017

Situasi yang tidak terbayangkan.
Aku menatap matahari dari sudut-sudut gelap.
Hitam,  tertunduk,  kelelahan,  membutuhkan jiwaku.
Sedih sekali rasanya.
Aku melirik takut ke arah dia,  dengan sangat ketakutan,  takut akan penyesalan.
Terasa sekali pancaran sinar jiwanya sedang meredup.
Gerak-geriknya mengatakan padaku untuk tegak menyongsong apa yang jauh di sana.
Yang aku yakini,  dia pun tidak memikirkan bahwa dia harus mengerti,  tetapi dia memikirkan untuk apa yang seharusnya aku mengerti.
Sungguh sebuah kemuliaan,  bahwa sampai detik ini dia tetap menemaniku.
Dan aku terlalu sombong,  sehingga amat sangat terlambat untuk mengerti.

Dia meletakkan aku menjadi tumpuan harapannya.
Dia meletakkan aku sebagai harta dan keutamaan.
Dia menjaga tuturnya dan membuang pikiran tentang beban yang menderanya.
Dia penyokong jembatan yang tanpa lelah,  demi menyeberangkan aku menuju sebuah kursi yang nyaman untuk aku duduki.
Dia menjadi air kehidupan yang senantiasa mengalir,  bahkan bila perlu merayap dari celah-celah tempat yang menghina kehidupannya.
Dia memperlihatkan kejujuran sebagai tempayan.
Dia memperlihatkan memaafkan sebagai sendok.
Dia memperlihatkan diam sebagai lantunan doa.
Dia adalah gelas yang paling sering dilempar kesana kemari demi aku yang kehausan.
Dalam kesusahannya pun dia tetap setia menempa pedang-pedang yang diwariskannya padaku.
Dia melakukan itu semua.
Demi mengalahkan satu hal,  muara kemuramam.
Hidup dalam hinaan,  hidup di tengah sorotan remeh dan tudingan menyakitkan atas apa yang tidak pernah dia lakukan dan miliki.
Semua yang dia tahu dialaminya sebagai hidup.
Dijalaninya ikhlas,  penuh kesabaran,  selalu dalam pengharapan dan penuh ketulusan.
Dengan amat jernih mengatakan kepadaku.
Menyiratkan sekaligus menguatkan aku,  pribadiku,  dan jati diriku ini bahwa aku dan kamu telah melihat Tuhan.

Sesungguhnya ku beri tahu kepada kalian,  inilah hal yang menista dirinya,  yang menista sang kemuliaan yang hidup, ... yaitu aku, pribadiku.
Tetapi demi aku dan memuliakan diriku,  mereka senantiasa menanggalkan hidupnya.

#citra_autisimo

Saturday, January 14, 2017

14 Januari 2017

Pradiksi..
Apa ini?
Diksi adalah persiapan.
Dan kamu sudah punya jawaban sejak dari permulaan.
Pradiksi..
Untuk apa kamu menayakan ini?
Siapkah kamu menginjak kepalamu?

Tidurlah sayangku, apa nyanyianku tidaklah cukup?
Apakah bibirku tidaklah memuaskanmu?
Apa lagi yang hendak kau gigit?
Ini tentang rasa, itu tentang rasio.
Oleh karenanya senyum menjadi sangat berharga.

#citra_autisimo

13 Januari 2017

Dari sekian banyak hal yang telah ditelan jiwa, jasad dan roh ini, ada yang harus aku sampaikan mengenai itu semua.

"Aku menyesal.",  sebagai kata-kata yang kerap ingin ku ucap untuk aku lupakan.

Aku hanya senang untuk menjawab,
"Bila memenangkan setiap hati kalian adalah sebuah  keharusan,  singkirkan saja itu seperti kalian menyingkirkan aku.".

Para gila punya keistimewaan.
"Bila aku sebagai manusia tidaklah memuaskanmu,  tak satu helai pun,  maafkan aku,  sebab aku memaknainya berbeda.".

Yang amat ku sayangi..
"Aku kini menjelma sebagai sebuah bejana,  suatu saat akan kekeringan,  paling tidak minumlah dari gelas-gelas yang baik.
Jangan telan pula ampasnya,  lihatlah najis-najis itu menembus gelasmu.
Tinggalkan dia di dasar bejana,  biar mengendap sampai kering.
Apa pun yang tertelan olehmu itulah yang akan selalu  mendekatkan kita.
Di tempat ini dingin, gelap dan berhantu.
Dari tempat ini pula niscaya akan ku lihat cahaya kalian,  masa depan.
Wahai kalian,  manusia yang peran utama."

Tawaku tawa tulus berbahagia.
Camkan hal ini!.

#citra_autisimo

Friday, January 13, 2017

12 Januari 2017

I've heard all the things.
Berusahalah untuk memberitahu apa yang hendak kamu ingin katakan.
Sejak pilihan jatuh kepada bisu,  maka telinga pun akan perlahan tuli.
Ini ditujukan tidak untuk membutakan serta-merta mata hati.
Ini adalah bayangan pada cermin,  dia terbalik.
Dan jika ada yang ikut serta,  maka ada dua bayangan disana.
Tetap saja berbeda.

Arah mata angin ada berbagai.
Kadang berputar pula.
Penghujung mereka sama yaitu langit,  hanya saja arah yang akan masing-masing dari mereka tempuh sejatinya berbeda.
Terima sajalah.
Anggap saja ini adalah (lagi-lagi) caraku untuk menerima hal ini juga.
Kepadaku,  kamu tidaklah menjadi siapa-siapa.
Ada batas terdalam yang kuncinya sudah pernah kamu buang.
Terima sajalah.

Untuk seseorang lagi.
Jika kamu pernah meletakkan diriku sebagai sesuatu yang kamu cari,  beri aku sedikit saja keleluasaan.
Terlalu banyak hal yang sedang menjadi pelarianku untuk sekedar menenangkan pesona dirimu.
Aku sudah mendengar banyak tentang hal itu.
Ini sesuatu tentang jati diriku.
Percayalah bahwa yang menyakitimu adalah yang menyakitiku juga.
Dan yang memenangkanmu adalah kemenangan bagiku juga.
Setulusnya aku hanya mengingini kebanggaan yang dibawa bersama piala itu.
Karena aku sadar jika piala itu bersamaku dia takut tidak lagi bisa berkilau.

Untuk nada-nada yang kerap aku mainkan.
Kalian sudah kubebaskan,  terbebas dari yang paling bebas.
Pilih tempat kalian bersemi.
Pilih tempat dimana kalian akan bermalam.
Hibur siapa pun dia.
Timang-timang siapa pun dia yang mampu kau bawa.
Ajari mereka hal yang paling kuat.
Bahwa,  mencintai akan selalu menyisakan bekas.

#citra_autisimo

Arsip

addThis

addThis