Puisi Hidup

Sederhana saja.
Aku belajar mencintai,  mengasihi,  dan menyayangi diriku.
Agar suatu saat aku mengerti rasanya.
Bila untukku tertulis,  ada jumpa.

Akan ada langkahku nanti yang salah.
Aku pun niscaya memulai dusta.
Lalai dan luput atas pentingnya risalah.
Tak lupa juga berpura-pura bahagia.

Gema yang hanya kenal memulai.
Gaung yang hiruk pikuk.
Berulang tanpa selesai.
Sampai ragaku bungkuk dan jiwa melapuk.

Kalau saja kamu mengerti. 

Cinta sejati tidak akan berakhir bahagia. 

Sebab tidak ada akhir bagi cinta sejati. 

Seni abadi bagi yang hidup dan menguasai jiwa. 

#citra_autisimo 

Jawaban: "Cara melogikakan ketuhanan mu bagaimana?"

Nalaritas + netralitas = waras.
Mengimani sesuatu perlu kewarasan.
Karena mengimani (sesuatu) adalah "produk" murni dan otentik dari tiap individu.
Individu yang demikian -wajib- melek literatur dan sejarah.
Dan, 'gak usah ruwet' sibuk menjadi Tuhan atau "tuhan", Dia adalah penyandang gelar Maha dari segala Maha.

"Belajarlah menerima dogma, berikan Tuhan kebebasan dan kuasa penuh atas diri.", mungkin pesannya seperti itu.
Buktikan jika anda bertuhan. Apa buktinya?

JANGAN menjadikan diri sebagai dogma bagi yang lain.
Proses kreatif beragama dan bertuhan gak perlu sampai tahap "leceh" seperti itu.

#citra_autisimo

MANUSIAKANLAH MANUSIA